SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA

10 Jun 2015

SENTRA KERAJINAN YANG ADA DI KOTA KEDIRI

SENTRA KERAJINAN BATIK CAP  KEDIRI 

Batik Kediri Motif Kuda KepangBatik merupakan warisan budaya yang harus kita lestarikan dan harus banggakan karena batik merupakan identitas Bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu pendirian teguh. Kediri juga memiliki produk unggulan batik yang elegan yaitu “Batik Bolleches” motif unik batik yang berupa bulatan-bulatan dan titik-titik. Diambil dari arti Bolleches yaitu bulatan atau titik. Batik ini sangat diminati karena motifnya yang elegan cocok dengan kepribadian warga kediri yang lembut dan ramah.
Kemudian produk unggulan batik yang kedua adalah motif “Batik Gumul” corak batik yang meniru monumen Simpang Lima Gumul, ikon baru Kabupaten Kediri yang menyerupai L’arch D’triomph di Perancis. Motif batik ini sangat jarang ditemui dinusantara karena monumen SLG hanya ada di Kabupaten Kediri.

Batik Tulis Motif SLG Batik Tulis Motif SLG



Kedua motif batik asli Kabupaten Kediri ini akan selalu berkembang sesuai perkembangan jaman. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus terus berkreasi untuk menciptakan desain-desain terbaru baju batik agar menarik minat orang lain terutama para remaja.


SENTRA KERAJINAN TENUN IKAT 


http://panel.mustangcorps.com/admin/fl/upload/files/32(4).jpg Pekan ini, di wilayah Kediri kebetulan juga sedang ada beberapa agenda tahunan, seperti Festival Jalan Doho  yang berisi pameran seni budaya dan kuliner serta hiburan panggung Pencak Dor (tarung bebas), serta Festival Kelud  yang berada di wilayah Kabupaten Kediri.

Desa Bandar Kidul di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, yang dikenal sebagai sentra perajin tenun ikat bukan mesin, tak ketinggalan turut memeriahkannya juga.
Saat ini tercatat ada 13 perajin tenun ikat Bandar Kidul yang masih produktif menjalankan usahanya itu. Sudarman, salah seorang perajin mengatakan, ia menjalankan usahanya itu secara temurun dari Torejo, bapaknya, yang juga meneruskan usaha dari Sahid, kakeknya.
Kain tenun yang dihasilkan Sudarman mulai dari kain sarung goyor, kain misris (biasa), semi sutra, hingga sutra. Kain tersebut dibuat berwarna-warni dengan motif Kediren seperti ceplok hingga lung. Kini produk tenun yang ia beri merek Sinar Barokah sudah dikenal diberbagai daerah hingga luar Pulau Jawa. Sekitar 30 karyawan dengan 25 alat tenun terus berproduksi untuk memenuhi permintaan yang terus datang.
Begitu juga dengan Munawar, perajin lainnya. Pemilik merek Medali Mas ini sudah berproduksi sejak tahun 1989 dan juga meneruskan para leluhurnya. Ia mempunyai 25 alat tenun dengan 60 pekerja. Proses pembuatan sebuah kain tenun ikat memerlukan waktu yang lama karena memerlukan berbagai tahapan pengerjaan. Bahkan sebuah kain tenun ikat dapat memakan waktu hingga seminggu pengerjaan.
Siti Ruqayah, istri Munawar, menjelaskan, untuk mengubah benang hingga menjadi selembar kain tenun ikat setidaknya ada 14 tahapan pengerjaan. Kesemua proses itu dilakukan secara manual oleh tangan terampil tenaga kerja. Proses tersebut diawali dengan pewarnaan benang sesuai warna yang diinginkan lalu dilanjutkan dengan pemintalan. Lalu ada proses yang cukup penting yaitu pemberian motif yang dilanjutkan dengan pengikatan motif yang juga dilakukan tanpa mesin.
Proses selanjutnya adalah pencelupan benang yang sudah diikat tadi ke dalam cairan pewarna dan penjemuran untuk memperkuat pewarnaan. Benang-benang tersebut kemudian melalui tahapan terakhir yaitu proses tenun. “Proses pemberian motif dengan cara mengikat inilah yang membuat kain tenun jenis ini disebut tenun ikat,” kata Siti Ruqoyah.
Berikut ini hasil dari tenunan yang sudah jadi




Tenun Ikat Bandar Kidul

Begitu juga dengan Sholehudin pemilik kain tenun ikat Kodok Ngorek. Dia terus berupaya agar usaha warisan orang tuanya tetap bertahan. Selain kegigihan untuk terus mempertahankan warisan budaya, Sholehudin juga terus melakukan inovasi agar produknya tetap diminati masyarakat.
Sebagai sentra perajin tenun ikat, nama desa Bandar Kidul memang sudah terkenal bagi para penggemar kain tenun ikat. Desa yang terletak sekitar 1 Km arah barat Alun-alun Kota Kediri tersebut menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Kediri. Para pengunjung tersebut biasanya diakomodir oleh beberapa hotel maupun agen travel yang cukup mudah ditemui di Kota Kediri yang hanya terdiri dari 3 kecamatan ini. Sehingga bukan pemandangan yang asing lagi jika ada turis mancanegara yang berjalan-jalan di kawasan Bandar Kidul.
Para perajin tenun ikat tersebut tidak pernah menutup-nutupi proses pembuatan kain tenun ikat. Bahkan mereka mempersilahkan dan memfasilitasi para pengunjungnya untuk melihat proses pembuatan hingga memberi kesempatan untuk mencoba menenun. Kunjungan tersebut tidak dibatasi pada waktu-waktu tertentu, setiap saat dapat dilakukan asal pada jam kerja dan ada pemberitahuan sebelumnya. Jadi, bisa menjadi pengalaman tersendiri bagi Anda.semua

SENTRA KERAJINAN SULAK BULU 


Kemocing yang dalam bahasa Jawa sering disebut dengan sulak biasa digunakan untuk membersihkan perabot rumah tangga. Sulak yang terbuat dari bulu ayam banyak diminati oleh ibu-ibu rumah tangga karena cukup efektif untuk menyingkirkan debu serta tidak menimbulkan goresan pada permukaan perabot. Pusat industri sulak di Kota Kediri berada di Kelurahan Blabak, Kecamatan Pesantren.
Di Kelurahan Blabak ada sekitar 40 unit usaha sulak baik formal maupun informal, salah satunya adalah UD. Aneka Karya milik Slamet Sumaryoto. Produk sulak Aneka Karya dijual dengan harga yang bervariasi sesuai ukuran dan jenis sulak. Area pemasarannya telah mencapai Jakarta, Bali dan kota-kota lain di Jawa Timur.

SENTRA KERAJINAN AYAMANAN 



Kerajinan anyaman bambu milik Joko Suharsono berlokasi di Kelurahan Bawang, Kecamatan Pesantren. Produk yang dihasilkan antara lain tempat cerutu, tempat buah, kap lampu dinding, tempat koran dan kipas. Bahan baku yang dipakai adalah jenis bambu tutul hitam, bambu tali dan bambu jawa didapatkan perajin dari wilayah Kota dan Kabupaten Kediri.
Selain produk-produk di atas, unit usaha ini juga menerima produk pesanan dengan spesifikasi khusus sesuai permintaan (customized product) seperti almari, hiasan dinding, ranjang dan furniture lainnya. Kebanyakan produk anyaman bambu memang sengaja tidak dilakukan finishing untuk memperkuat kesan natural yang eksotis.


SENTRA KERAJINAN KACA HIAS 


Sentra kerajinan kaca di Kota Kediri berada di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto dengan jumlah pelaku sebanyak 10 unit usaha. Salah satu pelaku usaha kerajinan kaca hias adalah Agus Dwi Basuki, pemilik ”ART GLASS”. Pada awalnya, perajin kaca di Kelurahan Ngampel hanya memproduksi kaca lampu petromaks dan dalam perkembangan selanjutnya, muncul ide kreatif dari para perajin untuk membuat produk kaca hias (grafir). Selain lebih bernilai tambah, produk kaca hias juga masih jarang dijumpai di wilayah eks-Karisidenan Kediri.
Produk kaca hias banyak diminati masyarakat untuk dipasang pada daun pintu, jendela, kaca ruangan dan hiasan dinding sehingga memberikan sentuhan artistik  pada bangunan agar lebih elok dipandang. Jenis-jenis produk ”ART GLASS” meliputi stained glass, stained bevel glass, gravier class 3-D dan painting glass. Adapun jangkauan pemasarannya telah mencapai kota-kota lain di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
          Sebagai informasi, ketika pada masa pemugaran Masjid Agung Kota Kediri, ”ART GLASS” bertindak sebagai salah satu supplier yang menyediakan kaca-kaca hias untuk dipasang pada beberapa bagian masjid. Unsur-unsur lokal memang sengaja dilibatkan sejauh mungkin dalam pendirian salah satu landmark Kota Kediri tersebut sehingga lebih mencerminkan semangat religi masyarakatnya.


SENTRA KERAJINAN BATIK TULIS

Kerajinan batik tulis yang dibuat secara tradisional dengan menggunakan canting, malam dan mengedepankan desain yang orisinil telah menjadi tradisi turun-temurun bagi rakyat Indonesia, khususnya masyarakat jawa. Hingga saat ini tak kurang dari beratus – ratus usaha yang tetap bersemangat menekuni dan melestarikan kerajinan batik tulis ini. Apalagi dengan adanya hari batik nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober.
Selain itu batik telah menjadi warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh dunia. Karena itu, batik menjadi usaha yang sangat menjanjikan di masa yang akan datang. Batik tulis yang dibuat menggunakan teknik dan peralatan tradisional sangat digemari. Walaupun harga yang dipatok tidaklah murah, tapi batik tulis selalu mendapat tempat tersendiri di hati para peminatnya.
Pada tahun 2012, Pemerintah Kota Kediri bersama para budayawan, praktisi pendidikan, dan praktisi usaha telah melaunching motif batik tulis yang menjadi ciri khas Kota Kediri. Motif yang dipilih untuk menjadi motif khas Kota Kediri adalah teratai dan garuda muka. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, banyak pengusaha – pengusaha yang mulai melirik usaha batik tulis di Kota Kediri, salah satunya adalah usaha Batik tulis Wecono Asri.
Usaha batik tulis Wecono Asri di Kelurahan Dandangan mempelopori terbentuknya usaha – usaha serupa di kelurahan – kelurahan lain di Kota Kediri. Seperti di Kelurahan Mrican, Dermo, Rejomulyo, Pojok dll. Dengan adanya usaha – usaha batik tulis yang semakin berkembang di Kota Kediri, maka Kota Kediri dapat bersaing dengan kota – kota lainnya dalam memproduksi batik tulis.






MAKANAN KHAS KULINER YANG ADA DI KOTA KEDIRI

 SOTO AYAM BOK IJO TAMANAN 


Bagi anda pecinta kuliner nusantara, tentunya sudah tidak asing lagi dengan satu menu yang namanya “soto”. Sebagai salah satu kuliner khas kebanggaan Indonesia ini layak kita apresiasi dan unggulkan karena cita rasanya yang khas dan bila perlu diadakan promosi besar-besaran agar menu ini lebih di kenal oleh dunia dan dunia semakin mengenal jika Indonesia juga memiliki kekayaan kuliner yang patut diperhitungkan.
Soto Ayam "Bok Ijo"Belakangan ini banyak kita dapati varian-varian baru dari soto, tentunya memiliki karakter yang khas yang berbeda satu sama lain. Mulai dari soto di tiap daerah yang berbeda-beda semisal soto lamongan dan soto banjar hingga soto dengan racikan khas orang atau chef.
Bila anda salah satu pecinta soto, maka soto yang satu ini layak anda coba nikmati yakni Soto Ayam “Bok Ijo” yang lokasinya di terminal bus “Tamanan” Kediri. Dengan penyajian soto yang khas dan bisa ditambah sendiri menu lauknya seperti dada, paha, sayap, kulit, uritan atau ati rempela membuat soto ini semakin nikmat, apalagi harganya yang sangat terjangkau namun cita rasa yang disuguhkan patut di acungi jempol, membuat soto ini sering dijadikan rujukan makan bagi mereka pecinta kuliner jalanan.
Lokasi yang cukup strategis yakni di area terminal bus yang terletak di kota Kediri, membuat akses mereka yang ingin merujuk ke warung ini semakin mudah. Jika dari Surabaya tinggal naik bus jurusan Tulung Agung atau Trenggalek maka sudah pasti bus tersebut melewati Kediri dan melewati terminal bus Tamanan Kediri. Maka dari itu jangan kaget kalau di hari libur atau jam makan, warung ini selalu ramai diserbu pengunjung.
Anda tertarik, silahkan anda coba nikmati dan nilai sendiri. Penulis sendiri sebenarnya sudah berulang kali kesana hingga langganan tiap kali ke Kediri, dan rasanya tidak mengecewakan. Selamat mencoba.

GETUK PISANG 

Getuk Pisang Kediri atau dalam bahasa jawa lebih dikenal dengan gethuk gedang adalah salah satu makanan khas dari kota Kediri Jawa Timur.
Olahan dari pisang ini rasanya manis legit dan dibungkus dengan daun pisang mirip lontong nasi.
Keberadaan gethuk pisang sebagai salah satu ikon kuliner Kota Kediri telah mengguratkan riwayat tersendiri.
Meskipun belum diketahui mengenai asal-usul si manis gethuk pisang dari Kediri ini,
namun tradisi pembuatan dan pengolahan gethuk pisang diyakini sudah berlangsung secara turun-temurun dan diwariskan lintas generasi ampek cucu.
Konon, gethuk pisang ini sudah populer sejak zaman Kerajaan Kadiri.
Buat teman-teman yang berkunjung ke Kediri, jangan lupa membeli gethuk pisang untuk oleh-oleh yaaaaa.
Gethuk pisang bisa dibeli di toko khusus oleh-oleh Kediri biasanya yang banyak di jalan Dhoho,
lapak-lapak yang berjajar di tepi jalan raya maupun pedagang asongan/PKL.
Harganya pun tak mahal, cukup Rp. 5000 aja . Tergantung merk atau besar kecilnya ukuran gethuk yang dibeli.
Namun harus diingat kalau gethuk pisang ini dibuat secara alami tanpa bahan pengawet jadi hanya bertahan emapat hari pada suhu ruangan atau bisa bertahan tujuh sampai lima hari jika disimpan di lemari pendingin.

 SATE BEKICOT 
Sate Bekicot 
Sate bekicot juga menjadi salah satu makanan khas daerah Kediri, meskipun tidak terletak di pusat kota ketersohoran sate bekicot khas Kediri sudah terdengar sampai ke seluruh pelosok tanah air.Sate yang berbahan hewan moluska dan berlendir ini mungkin sedikit ekstrim dan mungkin menjijikkan bagi sebagian orang.Kuliner ini terletak di desa Jarak Plosoklaten Kab. Kediri, disana berjejer warung-warung yang menjual olahan dari bekicot
Tetapi bila telah di masak dan diberi bumbu yang enak rasanya sangat lezat, selain itu bekicot juga banyak mengandung protein dan di luar negeri khususnya di Perancis bekicot jadi makanan mewah dan mahal yang disebut escargot.Jadi jangan meremehkan bekicot menjijikkan tetapi bila diolah dengan benar maka akan bernilai ekonomi tinggi.
Cara pengolahan bekico untuk bisa dimakan memang cukup sulit, dimulai dari mencuci bekicot yang akan diolah kemudian merebusnya dengan air yang di campur garam sebanyak dua kali untuk menhilangkan lendirnya, setelah itu cangkang bekicot dihancurkan dan dibersihkan kotorannya selesai dibersihkan  bekicot dicuci lagi dan kemudian direbus lagi.Setelah selesai bekicot baru bisa diolah jadi sate atau makanan lainnya.
Selain sate ada juga olahan lain dari bekicot yaitu kripik bekicot, krengsengan bekicot dan lain-lain.Jadi jika anda sedang singgah di Kediri jangan lupa mencicipi lezat dan gurihnya sate bekicot dan juga bisa membeli kripik bekicot sebagai oleh-oleh.

 KERUPUK UPIL KEDIRI
 

[krupuk_kediri.jpg]Kerupuk ini begitu sederhana baik dari bahan – bahan komposisinya hingga cara pembuatannya. Rasanya yang asin dengan bentuk ukuran yang kecil – kecil membuat kerupuk ini diidentikkan oleh anak – anak desa sebagai upil (kotoran hidung). Hanya dengan tepung tapioka, garam dan bawang putih, lalu diproses seperti pembuatan kerupuk pada umumnya,diuleni,
kukus, diiris dan dijemur dibawah sinar matahari. Goreng dengan menggunakan pasir panas yang sebelumnya sudah dibersihkan membuat kerupuk ini beda dengan jenis kerupuk yang lainnya. Cukup dicocol dengan sambal bawang kecap, sambal petis atau bahkan sambal pecel pedas,semakin tak bisa berhenti untuk menyantapnya


AYAM BAKAR MBOK BANGI

Ayam Bakar Bangi     Ayam bakar bangi juga merupakan kuliner yang cukup terkenal rasa ayam bakar yang terkenal dengan cita rasa yang lezat dan pedas, jadi sangat cocok bagi anda penggemar masakan pedas.
Selain itu penggunaan ayam yang masih muda membuat ayam bakar bangi ini tidak alot, pembakarannya pun masih tradisional dengan memakai arang kayu dan kipas manual menjadikannya tambah sedap karena ada aroma bakarannya yang semakenambah selera makan.Ayam bakar bangi biasa disajikan dengan urap-urap sayur, cukup dengan harga Rp.50000 anda bisa membeli satu ekor ayam utuh beserta urapnnya, anda juga bisa membeli satu porsi dengan  harga sekitar Rp.15000.


Nasi Pecel Tumpang Khas Kediri


5 Makanan Khas Kediri Yang Terkenal, Jawa Timur Nasi Pecel Tumpang ini biasanya disajikan di atas pincuk daun pisang. Nasi yang masih mengepul hangat, diatasnya diberi sayuran daun pepaya, daun kenikir, daun ketela pohon, kacang panjang, buah pepaya muda dan kecambah, lantas diguyur dengan sambal pecel dan sambal tumpang. Sambal tumpang yang bumbunya komplit, pedas, asin, gurih berpadu dengan sambal pecel yang berasa pedas manis. Diatasnya ditaburi lalapan rajangan mentimun, lamtoro dan daun kemangi. Lauknya biasanya perkedel singkong, tempe atau tahu goreng.terakir sebagai pelengkap yaitu di tambahkan peyek.

NASI GORENG KHAS KEDIRI NGAGLIK  PUNYA  




Anda doyan menyantap nasi goreng (nasgor) atau mi goreng khas Kediri? Tahukah Anda dari mana ratusan pedagang nasgor yang memenuhi Jalan Dhoho dan jalan-jalan lain di sepanjang Kota Kediri itu kala malam hari? Cobalah tanya mereka, nanti akan bertemu satu kata kunci: Ngaglik.

Pukul 15.00. Matahari semakin condong ke arah barat. Ansori (38), Suratman (40) dan Fatkur (44) mulai sibuk menyiapkan dagangan. Daging ayam yang sudah direbus sejak pagi ditata rapi di gerobak dorong masing-masing. Ada kepala, sayap, paha dan dada. Juga sayuran berupa sawi hijau, kubis dan tomat. Tak lupa puluhan butir telur ayam. Barang-barang itu di-display di dalam rak kaca, di atas gerobak. Di bawahnya, ada ruang kecil untuk menyimpan nasi dan mi. Ada yang menempatkannya dalam bakul plastik besar, ada pula yang masih menggunakan bakul dari anyaman bambu.


Di bagian depan gerobak, mereka menata aneka bumbu. Ada minyak goreng yang sudah dicampur bawang tumbuk sebagai bumbu khas, garam, merica, penyedap, sambal dari cabai yang digiling atau ditumbuk, hingga kecap manis dan kecap asin.

Sementara, di sebelahnya, ada lubang untuk memasukkan dandang besar yang berisi kaldu dari rebusan daging ayam.

Bahan-bahan untuk memasak siap. Mereka lalu menata piring, sendok dan garpu di dalam laci di bagian bawah gerobak. Juga meja dan kursi untuk pembeli yang digantungkan bodi gerobak dan sebagian dinaikkan ke atap. Setelah mandi, sekitar pukul 16.30, satu per satu mulai keluar dari mulut gang kecil di dekat kompleks pabrik PT Gudang Garam (GG) tersebut.

Gang itu tanpa nama, tapi beberapa orang ada yang menyebutnya gang limas. Di sepanjang gang dengan rumah berimpitan itu, ada sekitar 30 pedagang nasgor dengan gerobak-gerobak dorong khasnya. Dan, gang tersebut bukan satu-satunya. Di banyak gang lain, bahkan pinggir jalan, banyak ditemukan gerobak-gerobak dorong serupa khas pedagang nasgor. Jumlahnya bisa mencapai ratusan.

“Ya kalau boleh dibilang, semua pedagang nasi goreng di Kota Kediri itu asalnya dari sini,” kata Fatkur yang mengaku sudah ikut berjualan nasgor sejak zaman pikulan pada 1977 saat ditemui wartawan koran ini, Sabtu (11/5).

Fatkur dan Suratman merupakan kakak-beradik. Keduanya adalah penerus ayah mereka, almarhum Abdul Manab alias Mbah Gerot. Di antara lima anak lelaki Mbah Gerot yang melanjutkan usahanya, tinggal mereka berdua yang masih bertahan hingga kini. “Dulu saya ikut kakak waktu masih zaman jualan keliling pakai pikulan,” kisah Fatkur.

Fatkur dan Suratman yang memiliki gerobak sendiri-sendiri memilih berjualan di sekitar Jl. S. Parman, Burengan. Ansori di Jl. Mayor Bismo, Semampir. Adapun teman-temannya di gang tersebut ada yang di Jl. Hayam Wuruk, Jl, Brawijaya, Jl. Dhoho, serta jalan-jalan lain di sekitarnya. “Semua menyebar,” imbuh Ansori yang sejak SD sudah sering ikut berjualan di Jl. Dhoho bersama tetangganya itu.

Khusus yang di Jl. Dhoho, para pedagang nasgor itu baru masuk di atas pukul 21.00 setelah toko-toko di sana tutup. Mereka itulah yang berdampingan dengan para pedagang lesehan nasi pecel dan tumpang. Sebelumnya, mereka berjualan menyebar di jalan-jalan kecil di sekitarnya.

Di gang limas yang tembus hingga Jl. Teuku Umar dan gang-gang lainnya, aktifitas pedagang nasgor sudah dimulai sejak pukul 06.00, bahkan lebih pagi. Padahal, mereka biasanya baru pulang berjualan di atas pukul 01.00 dini hari. Ini berarti, mereka hanya punya waktu beristirahat kurang dari lima jam sebelum beraktifitas lagi.

Para enterpreneur kaki lima itu memulainya dengan belanja kebutuhan dagangan di pasar. Terutama ayam dan sayuran berupa sawi hijau dan kubis. Untuk ayam, mereka biasanya membeli di Pasar Banjaran. “Harus ayam kampung,” kata Ansori.

Ayam itu kemudian dibawa pulang untuk disembelih dan dibersihkan bulunya. Karena banyak pedagang nasgor, ada salah seorang yang bekerja sebagai “tukang bubut” di gang tersebut. Dialah yang menerima order membersihkan ayam-ayam yang dibeli para penjual nasgor itu.

Bagi Ansori dkk, keberadaan tukang bubut itu cukup membantu. Memang, ada ongkos yang dibayar untuk setiap ekor. Tapi, itu sepadan dengan penghematan waktu yang bisa mereka dapat. Sebab, saat ayam dibersihkan, mereka bisa mengerjakan yang lain seperti membuat bumbu, membersihkan dan memotong sayuran, atau yang lain. “Kami terima sudah dalam bentuk daging,” terangnya.

Daging ayam itulah yang kemudian direbus. Biasanya dengan daun bawang agar aromanya lebih harum. Air rebusannya lantas menjadi kaldu yang digunakan untuk memasak mi atau sup. Adapun dagingnya yang telah matang ditiriskan, digunakan untuk campuran menu mereka, diiris tipis-tipis.

Ansori memperkirakan, ada sekitar 150 pedagang nasgor yang berasal dari Ngaglik. Sebagian di antaranya lantas pindah tempat tinggal. Terkadang karena menikah, terkadang karena tuntutan untuk mendekati lokasi jualannya. “Tapi, mereka tetap punya keterikatan dengan Ngaglik,” terangnya.

Keterampilan mereka memasak nasgor dan mi khas Kediri itu diperoleh secara otodidak. Ada yang dari orang tua, saudara, maupun tetangga-tetangganya. Seperti Fatkur yang merupakan keturunan Mbah Gerot. Dia justru tidak memperoleh pengetahuan mengolah nasi goreng dan mi goreng itu dari ayahnya langsung, melainkan dari kakaknya. Yaitu, dengan menjadi asistennya terlebih dulu saat masih berjualan keliling dengan pikulan. Setelah kakaknya tidak berjualan, dia yang melanjutkan.

Demikian pula Ansori, sebelum berjualan sendiri tujuh tahun terakhir, dia sempat menjadi asisten Edi Pramono, teman sekaligus tetangganya yang lebih dulu berkiprah sebagai PKL nasgor. Apalagi, sejak SD dia sudah sering ikut-ikutan membantu tetangganya berjualan hingga ke Jl. Dhoho. Sehingga, tanpa disadari, ilmu kuliner khas Kediri itu sudah meresap di buluh nadinya sejak masih kecil.

Padahal, sebelum itu, Ansori sempat bekerja di beberapa tempat. Mulai distributor makanan anak-anak hingga menjalankan armada angkutan milik keluarganya sendiri. Itu juga terjadi pada Suratman alias Pak Ndut yang sebelumnya sempat berjualan sandal.

Namun, Ngaglik sebagai kampung kuliner nasgor khas Kediri tampaknya memanggil alam bawah sadar mereka. Darah enterpreneur tangguh PKL nasgor mengalir deras di tubuhnya. Merekalah yang diakui atau tidak, ikut menggerakkan perekonomian riil Kota Kediri. Bahkan ikut membuat kota ini terkenal hingga ke luar karena kuliner nasgor dan mi goreng khasnya.


Resep Asli Kediri Berusia Seabad Lebih Sejak kapan sebenarnya kuliner nasi goreng (nasgor) dan mi goreng khas Kediri itu muncul? Tak ada yang mengetahui pasti. Namun, sejumlah sumber di Ngaglik memperkirakan sudah ada sejak zaman penjajahan.

Sardjan (75), salah satu pedagang nasgor paling senior di Ngaglik yang masih aktif hingga kini, mengaku sudah berjualan sejak 1963. Tepatnya setelah menikah dengan Rusmi (65).

Dia mengawalinya dengan menjadi asisten orang lain, yaitu almarhum Mbah Mayar. “Yang membantu Pak Mayar banyak, salah satunya saya,” kisahnya saat ditemui Radar Kediri di rumahnya, Sabtu (11/5) lalu.
Mbah Mayar adalah salah satu tokoh pedagang nasgor khas Kediri. Yang seangkatan dengannya dan namanya masih menjadi trade mark hingga kini adalah Mbah Riman alias Mbah Man.

Sardjan ikut membantu dengan membawa pikulannya keliling Kota Kediri. Dulu, dia bisa berjualan di kawasan pecinan, sekitar Jl. Pattimura dan Jl. Yos Sudarso (Kelenteng Tjoe Hwie Kiong). “Yang membantu Pak Mayar banyak, salah satunya saya,” lanjut dia.

Berbeda dengan sekarang yang menggunakan gerobak dorong, dulu para pedagang nasgor harus mengangkut dagangannya dengan pikulan. Pikulan sebelah kanan berisi blek atau kaleng bekas berisi kuah dan angklo atau tungku tanah. Sedangkan, pikulan sebelah kiri berisi daging ayam, sayuran, bumbu-bumbu, nasi, serta mi siap masak. “Dulu kuah masih disimpan di blek bekas wadah minyak goreng, bukan dandang seperti sekarang,” ungkap Sardjan.

Berat seluruh barang yang harus dipikul keliling itu sekitar 60 kilogram. Meski sudah terbiasa, diakuinya, terkadang terasa berat juga. Pada 1969, setelah memiliki anak, Sardjan mulai berjualan sendiri. Tapi, tetap dengan pikulan.

Baru sekitar 1975 dia bisa berjualan dengan gerobak dorong. Itu pun gerobak bekas jualan bubur kacang hijau dari mertuanya. “Tahun-tahun itu, rombong (gerobak dorong, Red) masih sangat jarang. Wong tahun itu untuk mencari baut kayunya saja di Kediri tidak ada,” tuturnya yang kini berjualan dengan gerobak dorongnya di depan Rumah Sakit (RS) Bhayangkara.

Baru pada 1980-an gerobak dorong bermunculan. Pikulan pun ditinggalkan karena berat. “Pakai rombong lebih praktis. Tinggal mendorong,” sambungnya. Ada tukang khusus yang bisa membuatnya.

Akan tetapi, bentuk pikulan itu masih ada yang mempertahankannya. Hanya, tidak lagi dibawa keliling.
Melainkan sekedar sebagai ‘aksesoris’ di warungnya yang telah menetap. Hal itu antara lain bisa dilihat di warung Pak Temon di kawasan ‘cemoro’ dekat kompleks pabrik PT Gudang Garam (GG) atau di warung milik Sriatun (64), di Dandangan.

Sriatun adalah keponakan Mbah Riman yang menjadi salah satu penerusnya. “Mbah Riman sendiri tidak punya anak,” ungkapnya. Dulu, Mbah Riman alias Mbah Man berjualan di Jl. Stasiun. Setelah Mbah Riman meninggal pada 1980-an, usahanya diteruskan sang istri. Tapi, sang istri memilih buka warung sendiri di rumahnya, Dandangan. Adapun yang di Jl. Stasiun diteruskan oleh orang-orang yang dulu membantunya. “Setelah Mbah Riman putri meninggal, ganti saya sekarang yang melanjutkan,” lanjutnya.




TRADISIONAL: Sriatun, penerus Mbah Riman, yang mempertahankan pikulan di warung nasi/mi gorengnya di Dandangan.
Mbah Riman atau Mbah Mawar sudah berjualan nasi goreng sejak 1950-an. Namun, keduanya bukanlah tokoh yang ‘babat’ usaha kuliner nasi dan mi goreng khas Kediri. Mereka juga belajar dari orang lain. “Pak Riman pendatang yang belajar ke mbah saya, Mbah Kusnadi. Mbah saya dulu punya banyak pikulan yang dijalankan orang lain, salah satunya Pak Riman,” tutur Sriatun.

Ini dibenarkan oleh Edi Pramono, anak Mbah Mayar, yang kini juga berjualan nasgor di belakang Hotel Penataran. Menurut dia, ayahnya bukanlah generasi awal kuliner nasi goreng khas Kediri. “Dulu, bapak belajar dari mbah saya, Mbah Urip dan Mbah Singokarso. Bersama pakde saya, Pak Moyong,” jelas warga Ngaglik ini.

Padahal, lanjut Edi, ayahnya sendiri konon kelahiran 1912. “Nah, dari mana mbah saya itu belajar, saya sudah tidak tahu. Tapi, yang jelas, sejak zaman penjajahan Belanda maupun Jepang, ayah dan mbah saya sudah jualan nasi goreng,” lanjut dia.

Panijan (75), warga Ngaglik lainnya, membenarkan hal itu. sebab, dia pernah ikut jualan bersama Mbah Moyong pada 1940-an. Tepatnya saat agresi militer Belanda ke Indonesia. “Saya ditembaki Belanda itu ya waktu ikut jualan di Pasar Pagu bersama Pak Moyong,” kisahnya.

Sepanjang waktu tersebut, setahu Panijan, resep khas nasi dan mi goreng itu ya berasal dari orang-orang Kediri sendiri seperti Mbah Mayar atau Mbah Moyong dan generasi sebelumnya. Bukan dari resep Tiongkok, misalnya, yang juga terkenal dengan aneka olahan mi-nya. “Seumur hidup saya, yang namanya nasi goreng dan mi goreng Kediri itu bumbunya ya begini ini,” tandasnya saat ditemui di tempat jualan Edi. Ya, resep yang boleh jadi sudah berusia lebih dari seabad hingga sekarang. Resep asli Kediri!


Dulu kalau Mau Tambah Telur Harus ‘Nggegem’ Sendiri Bagi orang luar, sangat jelas perbedaan nasi/mi goreng Kediri dengan menu serupa dari daerah lain. Coba saja lihat dari tungkunya. Hingga kini, para penjualnya tetap mempertahankan tungku dari tanah liat dengan bahan bakar arang. Bukan kompor minyak atau kompor gas.

Arang di atas tungku itulah yang dikipasi dengan kipas tradisional dari anyaman bambu. Meskipun, sejak beberapa tahun lalu, banyak yang beralih ke kipas elektrik hasil modifikasi sendiri. Memasaknya juga satu-satu, tidak massal. “Sekali masak hanya untuk satu porsi,” jelas Ansori (38), pedagang nasgor asal ‘gang limas’ Ngaglik.

Makanya, jika ada pesanan delapan porsi sekaligus, berarti harus delapan kali memasak. Tapi, justru itu yang menjadi salah satu kunci kelezatan kuliner khas Kediri ini. Sebab, dengan sekali masak untuk satu porsi, menu yang disajikan selalu fresh. Takaran bumbunya pun selalu pas. Bahan bakar arang juga membuat aromanya khas.

Cara pembuatan bumbunya pun berbeda. Mungkin, dengan menu daerah lain, sama-sama menggunakan bawangnya. Akan tetapi, untuk nasi/mi goreng Kediri, bawangnya tidak digeprek langsung. Melainkan, ditumbuk lalu dicampurkan ke dalam minyak goreng. Minyak yang mengeluarkan bau harum itulah yang kemudian digunakan memasak. “Bawangnya jangan diblender atau digiling. Baunya akan hilang,” beber Fatkur (44).

Dan, ini yang membuat tampilan nasi goreng Kediri berbeda dengan yang lain. Yakni, tidak menggunakan saus tomat, melainkan kecap manis. Itu pun hanya sedikit -meski belakangan ada pula yang menggunakan takaran lebih banyak sesuai selera. Makanya, warnanya tidak merah, melainkan kecokelatan.

Sementara, mi-nya merupakan mi gepeng berukuran besar-besar. Bukan mi keriting. Mi itu diproduksi oleh pabrik di Kota Kediri sendiri. “Kalau saya ke Kediri, yang paling saya rindukan ya nasi goreng dan mi-nya,” aku Abdul Aziz (40), pengusaha asal Blitar, yang ditemui wartawan koran ini dini hari, pekan lalu. Bersama teman-temanya dari berbagai kota, jika sedang ke Kediri, dia sering mampir Jl. Dhoho untuk menikmati kuliner tersebut. Tak jarang dia memesan dua porsi sekaligus seperti dini hari itu.




TUNGKU ARANG: Ansori memasak nasgor pesanan
Sardjan (75), menuturkan, tak banyak perubahan dari nasi dan mi goreng Kediri sejak pertama kali dia berjualan pada 1960-an. Bumbu utamanya tetap sama. Yang berubah hanya modifikasinya. Salah satunya soal telur. “Sampai 1980-an, jarang yang menggunakan telur,” tuturnya.

Maklum, hingga dekade itu, telur masih menjadi barang mewah bagi orang kebanyakan. Hanya orang mampu yang bisa mengonsumsinya. “Dulu, kalau mau tambah telur ya bawa sendiri. Biasanya ya orang-orang China itu. Telurnya digegem (digenggam, Red), terus diserahkan ke saya untuk ikut dimasak,” kisah Sardjan.

Lalu, apa gantinya telur untuk pesanan yang ‘standar’? Ayah tujuh anak dan kakek sembilan cucu ini menyebut perkedel. Tapi, bukan perkedel kentang, melainkan perkedel ketela. Bukan untuk lauk, melainkan untuk diiris-iris, lalu dicampurkan ke dalam mi atau sup sebagai campuran bumbu. “Gurihnya dari perkedel itu,” bebernya.


Tak Lekang dengan Regenerasi Alamiah Sebagai kuliner khas yang sudah tahan uji, usia bisnis nasi/mi goreng Kediri yang termasuk kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) ini masih sangat panjang. Apalagi melihat gairah generasi muda di Lingkungan Ngaglik, Dandangan yang tak pernah sepi dari bisnis ini.

Tokoh-tokoh seniornya pun sudah mendidik keturunannya hingga usaha itu terus berkembang dan berkelanjutan. Bahkan, banyak di antara mereka yang kemudian mendirikan cabang di luar kota dan luar pulau dengan label: Nasi/Mi Goreng Khas Kediri.




SENIOR: Sardjan dengan gerobak dorongnya
Seperti Sardjan (75), dari keenam anaknya yang masih hidup (seorang meninggal, Red), ada tiga yang membuka usaha serupa. “Satu di Katang (Kediri, Red), satu di Surabaya, satu lagi di Sumatra,” ungkapnya. Ketiga anaknya itu menggunakan resep serupa dari Sardjan. Seorang lagi memilih berjualan mi pangsit, berbeda dengan ayahnya.

Hal serupa dilakukan Sriatun (64), penerus nasgor Mbah Riman. Anak perempuannya membuka cabang di Malang. “Ramai juga di sana, bahkan lebih ramai daripada di sini,” katanya. Sebagian bumbu dan bahannya diambil langsung dari Kediri. Termasuk, mi gepeng berukuran besar yang memang diproduksi di Kediri. Mi itulah yang khas pada mi goreng Kediri. “Kalau pulang sampai harus bawa mobil boks untuk kulakan mi-nya,” ucap Sriatun bangga.

Sriatun memang pantas berbangga. Anaknya yang mantan vokalis band Kediri itu sebenarnya juga sudah bekerja di bank. Akan tetapi, justru dari usaha kuliner warisan tersebut ekonominya berputar lebih cepat. “Katanya, dari mana bisa beli mobil kalau tidak jualan nasi goreng,” tuturnya.

Memang, dengan ratusan pedagang mi/nasi goreng di Ngaglik, Dandangan, omset yang berputar dari usaha itu bisa mencapai puluhan juta semalam. Mereka ikut menggerakkan roda perekonomian di sekitarnya. Mulai dari pedagang sayuran, pedagang telur, hingga pedagang ayam.

Beberapa pebisnis besar yang jeli, ikut menggandeng mereka. Misalnya untuk minumannya. Maklum, jika semalam satu pedagang bisa menghabiskan satu krat saja, sudah ratusan krat minuman terjual tiap malam. “Padahal, ada yang bisa habis sepuluh krat semalam,” ungkap Fatkur.

Dengan potensi yang sedemikian besar, sebenarnya Fatkur dan banyak pedagang lain berharap, pemerintah mempunyai program nyata untuk mereka. Salah satunya menyediakan tempat khusus untuk sentra kuliner nasi/mi goreng Kediri. “Seperti soto ayam buk ijo di terminal itu,” harapnya.









KUMPULAN TEMPAT WISATA DI KOTA KEDIRI

  GOA SELOMANGKLENG KOTA KEDIRI 



Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan  Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu. Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3 ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat relief-relief di dinding goa.  
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpuf

Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan  Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu. Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3 ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat relief-relief di dinding goa.  
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpuf



Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan  Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu. Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3 ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat relief-relief di dinding goa.  
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpuf
Pusaka Jawatimuran aWisata Selomangleng adalah wisata alam di wilayah kotamadya Kediri, tepatnya berada di kaki Gunung Klotok. Desa Waung, berjarak kira-kira tiga km dari pusat Kota Kediri. Goa Selomangleng di kota Kediri ini menurut sejarah merupakan goa tempat pertapaan “Dewi Kilisuci”.
Mengapa dinamakan Selomangleng karena letaknya tepat berada di lereng bukit, selo artinya batu, sedang Mangleng berarti miring. Selomangleng artinya Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam berukuran cukup besar dan nampak menyolok terlihat dari kejauhan.
Memang, jika dilihat sepintas tidak ada yang istimewa dari gua batu ini. Keunikan baru bisa terlihat setelah kita mendekati pintu gua. Beberapa  meter di bawah mulut Goa terdapat bongkahan batu-batu seolah berserakan. Sebagaian diantaranya nampak terdapat pahatan, menandakan bahwa tempat ini pernah disentuh oleh manusia. Berbagai corak relief menghiasi dinding luar gua diantaranya ada yang berbentuk manusia.
Bila kita melengok lebih dalam lagi, suasana gua nampak gelap gulita, ditambah dengan aroma dupa yang cukup menyengat seolah ikut menyambut pengunjung. Bahkan tidak heran bila ada beberapa pengunjung merasa ketakutan sehingga berfikir panjang sebelum memutuskan masuk goa. Kesan mistis terasa kental saat berada di dalamnya. Beberapa pengunjung nampak buru-buru keluar setelah memasuki gua, karena tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat.
Gua batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak ada stalagtit maupun stalagmite yang umumnya dijumpai pada gua-gua alam lainnya. Di gua ini terdapat tiga ruangan, mulai dari pintu masuk kita tiba di ruang utama yang tidak begitu lebar. Setelah itu ada pintu kecil disisi kiri dan kanan untuk menuju ruangan lain.
Di dalam gua banyak dijumpai relief yang menghiasi dinding, bila ingin melihat dengan jelas dibutuhkan penerangan tambahan. Seperti saya sendiri menggunakan sinar lampu dari telepon genggam yang kebetulan bisa difungsikan sebagai lampu penerangan (senter). Pada dasar lantai banyak ditemukan bunga-bunga sesajen berwarna-warni yang kelihatan masih segar. Ini pertanda bahwa tempat itu sering digunakan untuk bertapa atau tirakat bagi kalangan masyarakat tertentu.
Saat pengunjung ingin memasuki ruangan sebelah kiri dari pintu masuk gua, dia harus sedikit merangkak karena ukuran pintunya cukup kecil. Sebab, ketika saya mencoba memasuki ruangan tersebut, praktis cahaya semakin minim karena tidak adanya penerangan dalam gua. Selain itu, ruangannya yang kecil dengan atap yang rendah sehingga kesan sempit dan supek mendominasi suasana dalam ruangan…. Sehingga sulit sekali untuk melihat apa saja yang ada di dalam ruangan.  Ketika mencoba menelusuri dinding gua dengan penerangan dari telpon genggam, barulah terlihat bagian bawah dalam gua tersebut juga memiliki relief-relief yang senada dengan bagian luar gua.
Berbeda dengan ruang sebelah kiri pada sisi kanan gua, terdapat relief pada bagian atas dari pintu masuk. Mirip dengan relief yang seolah menghiasi hagian atas dari pintu masuk candi. Ruangan ini sedikit lebih lebar dari sisi kiri. Pada dinding gua, terdapat bagian yang menonjol dengan cerukan kecil di bagian bawahnya, membentuk tungku. Sebatang dupa yang masih menyala nampak berada di dalam tungku tersebut, menebarkan aroma menyengat yang memenuhi  seluruh ruangan. Relief-relief  yang ada masih bisa terlihat cukup jelas untuk bisa dinikmati.
Legenda Goa Silomangleng
Dari cerita yang beredar, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.

Pusaka Jawatimuran selomanglengLegenda ini sangat erat hubungannya dengan legenda Gunung Kelud. Pada jaman dahulu di Kediri bertahtalah seorang raja bernama Djojoamiluhur. Dalam masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri mengalami kejayaan, penduduknya hidup layak dan negaranya aman. Dalam melaksanakan pemerintahan, Sang Raja dibantu oleh tiga orang yang dipercaya, masing-masing bernama Tunggulwulung, Butolocoyo dan seorang Panembahan Sakti yang bernama Empu Baradah atau yang terkenal dengan sebutan Mbah Pradah. Sang Raja Djojoamiluhur dikaruniai tiga orang anak, yaitu seorang putri yang sangat cantik bernama Dewi Kilisuci dan dua orang putra yang rupawan bernama Djojoamiseso dan Djojoamiseno


KOLAM RENANG PAGORA KUAK  




Taman Wisata Pagora di Kota Kediri  Taman Wisata Pagora di Kota Kediri Taman Wisata Pagora di Kota KediriPagora adalah sebuah wisata kediri yang menawarkan tempat rekreasi sambil belajar, lokasi tempat wisata kediri ini sangat lah strategis karena berada di pusat sekolahan ternaman dari mulai TK sampai universitas, selain itu juga ada stadian kebanggan kediri, stadion brawijaya ada juga rumah sakit dan kodim 521. Harga yang di tawarkan untuk masuk sangatlah murah antara Rp 5.000, – untuk anak-anak dan Rp 7.500, -. Untuk orang dewasa membuat tempat ini selalu disempurnakan, terutama pada hari Minggu atau hari liburan lainnya.
memasuki pintu awal anda akan di sambut oleh patung – patung tokoh pewayangan yang sangat melegenda di dunia pewayangan.

di tempat wisata kediri ini memiliki banyak berbagai arena antara lain kolam renang, mini kebun binatang, tempat memancing, area bermain anak – anak, perahu dan banyak lagi. Dalam hal ini wisata yang di tonjolkan adalah kolam renangnya. Kolam renang di wisata ini di bagi menjaid 2 yaitu untuk anak – anak dan dewasa. Selain berbagai arena disan juga disediakan fasilitas toilet, kamar mandi, ruang ganti yang di jaga kebersihanya.

Tempat memancing disana sangatlah menyenangkan, kalau anda hanya ingin bermain tidak masalah Karena memancing disana tidak dipungut biaya lagi kecuali anda ingin membawa pulang ikan yang anda dapatkan. Hasil ikan yang anda ingin bawa pulang akan di hitung per kilonya Kemancing disana pasti penuh sensasi yang menyenangkan.

kolam renang yang yang di sediakan di tempat wisata kediri ini memiliki banyak seluncuran yang menarik dan wajib anda coba, selain kolam senang di wisata kediri juga memiliki mini kebun binatang. Bebrbagai jenis burung ada disanaseperti burung enggang, burung kasuari, burung  merak, burungkate unggas, unggas,, rusa dan banyak lagi. Kebun binatang yang berada disini akan membuat anak Anda lebih mengenal lebih dekat satwa liar lokal Indonesia.
Taman bermain untuk anak-anak sangatlah banyak macamnya seperti becak mini, kereta api, komedi putar, rintangan untuk anak – anak. Sedangkan untuk dewas terdapat berbagai macam hiburan seperti perahu mesin dan perahu konvensional. Dalam Wisata Kediri ini terdapat berbagai macam hiburan music karena disini di bangun panggung yang di isi band – band local yang siap menghibur anda.


Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan  Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu. Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3 ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat relief-relief di dinding goa.  
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpuf

Situs Setono Gedong Kediri 


 

situs setono gedong kediriSitus Setono Gedong lokasinya berada di belakang Masjid Aulia Setono Gedong, dicapai melalui sebuah gang yang cukup besar di Jl. Doho, Kediri, yang letak dan arahnya berseberangan dengan jalan simpang yang menuju ke arah Stasiun Kereta Api Kediri. Di dekat situs ini juga terdapat kompleks makam keramat yang banyak dikunjungi peziarah.
Sebelum masuk ke kompleks Masjid Setono Gedong, terdapat sebuah gapura yang tidak begitu tinggi namun sangat tebal dindingnya, yang konon sebelumnya merupakan gapura sebuah candi. Sebuah sumber mengatakan bahwa beberapa pihak telah berupaya untuk mempertahankan gapura itu, namun sayang tidak berhasil.
Masih beruntung bahwa gapura candi itu kabarnya tidak dihancurkan, namun hanya dilapis semen sehingga bentuknya pun berubah seperti sekarang ini.Susunan batu yang ditata berjajar membentuk undakan menuju bangunan pendopo bergaya joglo, yang berukuran besar di sebelah kanan, dan yang berukuran kecil berada di sebelah kiri. Kedua bangunan itu tampaknya belum terlalu lama didirikan.
Deret batu di bagian bawah yang berwarna kekuningan adalah masih asli, yang menurut sebuah sumber merupakan pondasi sebuah candi dari jaman Kerajaan Kediri, sedangkan yang dibagian atasnya merupakan susunan batu yang ditata kemudian.
Konon di atas pondasi candi itu sempat akan dibangun sebuah masjid oleh para wali. Namun karena alasan yang tidak diketahui, pembangunan masjid itu tidak jadi dilaksanakan. Materialnya konon kemudian digunakan untuk membantu menyelesaikan pembangunan Masjid Demak di Demak, dan Masjid Sang Cipta Rasa di Cirebon.
Area di atas pondasi itu sempat difungsikan sebagai sarana prasarana ibadah, dan tempat pertemuan para wali. Menurut cerita, wilayah Kediri dibagai dalam 2 kelompok oleh para wali. Di Barat sungai di pimpin oleh Sunan Bonang, sedangkan di sebelah Timur sungai dipimpin oleh Sunan Kali Jogo, yang di dalamnya termasuk mbah Wasil yang berasal dari Istambul. Kediri adalah salah satu daerah yang paling akhir di-Islam-kan oleh para wali.

Alamat Situs Setono Gedong
Belakang Masjid Setono Gedang,
Jl. Doho, Kediri, Jawa Timur
GPS: -7.816378, 112.011796


GREJA MERAH 


Selain Gereja Puhsarang yang terkenal dengan perpaduan arsitek Eropa-Jawa. Di Kediri, Jawa Timur, juga terdapat gereja tertua yang dibangun pada awal abad 19, dengan gaya arsitektur Eropa. Selain menjadi satu-satunya bangunan cagar budaya, gereja ini juga menyimpan injil kuno dari peninggalan tahun 1867.
gerejamerahKerkeeraad Der Protestanche Te Kediri, itulah nama asli Gereja Protestan Barat (GPIB) di Kediri, Jawa Timur, yang saat ini dikenal dengan sebutan Gereja Merah. Gereja ini pertama kali dibangun oleh orang Belanda JA Broers pada tahun 1904. JA Broers yang kala itu seorang pendeta diutus pemerintahan Hindia Belanda untuk mengajarkan agama protestan di Kediri.
Baru pada tahun 1948, gereja ini diserahkan pemerintah Belanda kepada pengurus gereja asli pribumi. Sejak dibangun hingga saat ini, Gereja Merah baru mengalami satu kali pemugaran pada tahun 2005 lalu. Selain bangunan, interior gedung juga masih asli, seperti kaca jendela, balkon, kursi, kayu penyangga.
Gereja ini juga menyimpan kitab injil kuno berbahasa Belanda yang dibuat tahun 1867. Juga terdapat koleksi empat buah gelas kuno terbuat dari bahan perunggu. Menurut pengurus gereja, Pendeta Mery Gimon, pengurus mengaku kesulitan merawat gereja ini.
Sebutan Gereja Merah mulai digunakan pada tahun 1994, sebelumnya gereja ini berwarna putih gading. Kemudian gereja ini seluruhnya dicat merah untuk menghemat biaya perawatan, sehingga masyarakat menyebutnya Gereja Merah. Hingga kini Gereja Merah menjadi satu-satunya gereja Se-Karisidenan Kediri yang menjadi cagar budaya.

MASJID AGUNG

http://img836.imageshack.us/img836/9544/masjidagungkotakedirib.jpgBersamaan dengan mundurnya kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur munculah kekuasaan baru dengan warna Islami di bawah kekuasaan kesultanan. Agama Islam mendapatkan perhatian tinggi dan diurus melalui tatanan struktur Pemerintah Kesultanan. Di setiap dusun, desa, kecamatan dan kabupaten ada satu lembaga keagamaan. Sampai sekarang masih dapat kita kenali istilah Pengulu Dalem, Pengulu Ageng, Ketib dan Naib. Di setiap Kota Kabupaten masih lestari adanya Masjid Agung yang diurus oleh Pemerintah yang biasanya selalu berdampingan dengan Kantor Bupati dan Alun-Alun, demikian pula halnya di Kediri
Begitu pula di Kota Kediri, Masjid Agung Kota Kediri tepat berada di depan alun-alun kota. Sangat gampang ditemukan, karena berada di tepat di samping perempatan dimana semua kendaraan umum yang masuk dan keluar Kediri, selalu melintasinya. Dari luar bangunan bertingkat tiga ini kelihatan sangat megah, apalagi ditambah dengan menara setinggi 49 meter dan air mancur yang berada di depannya. Begitu masuk ke dalam bangunan masjid mata kita serasa dibuat sejuk dengan hamparan marmer berwarna abu-abu. Nuansa gaya Roma sangat terasa dalam masjid agung, ini bisa dilihat dari seni mozaik marmernya, hiasan di atap masjid dan hiasan cungkup masjid serta banyaknya tiang yang ada yaitu sebanyak 106 buah tiang kolom. Meski bergaya ala Eropa klasik kita masih tetap akan menemukan nuansa etnik di dalamnya, yaitu ukiran kaligrafi dari kayu yang menjadi ciri khas sebuah masjid. Luas Masjid Agung sendiri sebesar 1388,8 m 2 untuk lantai dasarnya, sementara lantai 1 seluas 1335,1 m 2 dan lantai dua seluas 396,8 m 2 . Berdiri di atas tanah seluas 4780,6 m 2 Masjid Agung memiliki jumlah pintu utama 15 buah dan pintu Bantu sebanyak 12 buah. Para jemaah pun dijamin dengan fasilitas parkir yang luas dan urinoir, kamar mandi, wc serta kran wudlu yang disediakan. Ada 80 buah kran wudlu yang disediakan untuk jemaah pria dan 15 kran untuk jemaah wanita. Bagian untuk fasilitas ini dibuat lorong memanjang sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi para penggunanya. Sehingga kalau kita sudah masuk masjid, rasanya ingin terus berlama-lama di dalamnya
Sejarah Masjid Agung
Berdasarkan prasasti kayu jati (pertama), tertulis di mahkota yang dipasang di atas joglo masjid lama terukir tahun 1771 M. Dapat diduga bahwa Masjid Ageng Kediri dibangun yang pertama kali pada tahun 1771 M.
Pada tahun 1974, seorang yang bernama Mustakeh (Pegawai Kadaster) pernah memberi keterangan, bahwa ia bertemu seseorang yang bernama Bang Amat pernah memberi tahu bahwa ia (Bang Amat) � menangi’ zaman Perang Diponegoro (Tahun 1825-1830 M) dan pernah shalat di Masjid Jami’ Kauman Kediri. Ketika Bang Amat Shalat di Masjid itu bangunan Masjid masih kelihatan baru. Hal ini diduga dan dicatat bahwa Masjid Ageng Kediri dipugar yang pertama kali di sekitar tahun 1830 M.Prasasti kayu jati yang kedua ditulis di mimbar masjid berbunyi: KOLO ADEGIPUN MINBAR MESJID AGENG ING KEDIRI SABTU PAHING, WULAN HAJI KAPING 5, TAHUN ALIF 1261 MIN HIJROTIN NABIYYI MIN MAKKATA ILAL MADINAH. Prasasti kayu jati yang kedua ini menjelaskan bahwa mimbar (tempat khotib berkhothbah) Masjid Ageng dibuat dan dipakai setelah fisik Masjid ada pada tahun 1261 H atau tahun 1841 M. Mimbar bersejarah ini kita lestarikan dan sampai saat ini kondisinya masih baik dan masih digunakan untuk tempat khotib berkhothbah. (Semula mimbar kayu jati ini di-cat, sekarang direnovasi dan dikembalikan ke aslinya yaitu di politur).
Prasasti ketiga terbuat dari bahan marmer, berbunyi : MESJID AGENG KEDIRI KAMULYA �AKEN AMARENGI DINTEN REBO WAGE PING 6 WULAN SAPAR HIJROH 1347 UTAWI PING 25 JULI 1928 SAKING KERSO DALEM KANJENG RADEN ADIPATI HARIYO DANUDININGRAT BUPATI KAPING WOLU ING KEDIRI SAREMBAG KALIYAN PORO MUSLIMIN KANTHI PANYUWUN DATENG GUSTI ALLOH, MUGI-MUGI TIYANG KEDIRI SAMI PINARINGAN IMAN SEMPURNO TEBIH DATENG TINDAK DUROKO ANETEPI PANGANDIKANIPUN GUSTI ALLOH, KADYO INGKANG KADHAWUHAKEN ING SALEBETING ALAM ARWAH.
Berdasarkan prasasti marmer, pada tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M Masjid Jami’ Kediri dilakukan pemugaran yang kedua oleh Bupati Kediri ke-8 yang bernama KRA. Haryo Danudiningrat dengan membentuk semacam kepanitiaan yang diketuai oleh Kanjeng Pengulu yang bernama R. H. Ali Mustoha. Karena beberapa pertimbangan syariah yang mendasar, maka pemugaran kali ini melibatkan ulama besar, yakni almaghfurlah KH. Hasyim Asy’ari dan almaghfurlah KH. Wahab Chasbullah dari Jombang. Sejak tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M. Sebutan Masjid Jami’ diubah dengan penambahan beberapa bangunan baru antara lain : perluasan serambi Masjid kearah timur, tutup serambi dibuat bentuk kubah.
Pada awalnya, di sebelah kanan dan kiri masjid ada kolam air yang pembuangannya di salurkan ke arah timur menuju parit yang berada di pinggir jalan besar (sekarang Jln. Panglima Sudirman). Sejak tahun itu air ditimbun dan di atasnya dibuat dua buah bangunan yang berbentuk bulat dan dijadikan kantor Raat Agama dimana RH. Ali Mustoha sebagai kepala kantornya. Perlu dijelaskan, bahwa pada tahun itu jalan masuk ke mesjid Ageng ada tiga, yakni jalan masuk sebelah kiri, tengah, dan kanan.
Selaras dengan perkembangan pemerintahan, terutama sejak pemekaran Daerah Tingkat II, maka sejak tahun 1954 diadakan pemekaran daerah. Semula di Kediri hanya ada satu Daerah Tingkat II yakni Kabupaten Kediri kemudian dipecah menjadi dua daerah hingga berdiri Kota Praja Kediri (sekarang menjadi Pemerintah kota Kediri) dan Mesjid Ageng masuk ke dalam wilayah Kota Praja Kediri.
Pada tahun 1976 Ta’mir Masjid Agung Kota Kediri membangun sebuah menara yang berada dimuka sebelah kanan masjid. Berdasarkan Prasasti peresmian menara saat itu Walikotamadya dijabat oleh Drs. Soedarmanto. Pada tahun 1987 M, Ta’mir Masjid Agung bersama Pemerintah Kotamadya Kediri (Walikotamadya Daerah Tingkat II Kediri saat itu dijabat oleh Drs. Setijono) melakukan pemugaran atau lebih tepat disebut dengan merehap masjid yang ke-3 yakni merehap kubah yang semula Kubah dari bahan kayu direhap bentuknya menjadi bulat dan menggunakan bahan semen cor, merehab tempat wudlu’, jamban dan pintu masuk masjid. Usia Masjid Agung ini menurut catatan yang ada sampai dengan akhir tahun 2001 M atau tahun 1423 H berusia kurang lebih 230 tahun.

MUSEUM ERLANGGA  


tampakdepanMuseum Airlangga terletak di Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Awalnya, museum ini bernama Museum Tirtoyoso karena berada di areal pemandian Tirtoyoso (Kuwak) Kota Kediri yang berada di Jl. Ahmad yani dan bersebelahan dengan Stadion Brawijaya. Bangunan awal museum pada zaman Belanda ini sangat unik dengan gapuranya yang berhias kalamakara. Seiring berjalannya waktu, kondisi museum benar-benar menyedihkan dan sangat rawan pencurian, hingga pada akhirnya ada tukar guling lahan antara PT. Gudang Garam dengan Pemkot Kediri di dekat Goa Selomangleng.
Nama museum diambil dari nama Raja Airlangga, yang lahir di Bali pada 990 dan diduga meninggal di Belahan 1049, pendiri Kerajaan Kahuripan yang memerintah pada 1009-1042 dan bergelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Adalah Airlangga yang meminta Mpu Kanwa untuk menggubah sebuah karya sastra berjudul Kakawin Arjunawiwaha pada 1030, menyadur Wanaparwa, kitab ketiga Mahabharata karya Vyasa dari India.
Setelah gagal menempatkan salah satu putranya sebagai raja di Bali, sebelum turun tahta dan menjadi pendeta, Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membelah wilayah kerajaannya menjadi dua, yang kemudian menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala, dan diberikan kepada kedua putranya.
koleksi1 koleksi2 koleksi3


ALUN -ALUN KOTA KEDIRI


http://disbudparpora.kedirikota.go.id/wp-content/uploads/2013/07/alun2.jpeg
Seperti kebanyakan kota di jawa pada umumnya yang menganut sistem tata kota kerajaan, maka Kediri yang dulunya bekas kerajaan Doho/Kediri juga mempunyai alun-alun yang letaknya tepat di tengah kota tepatnya di kecamatan Kota. Mugkin alun-alun Kediri sedikit unik daripada alun-alun kota pada umumnya yang berupa tanah lapang yang luas,tapi di KEdiri alun-alunnya lebih mirip sebuah taman yang luasnya juga gak begitu luas. Berada di jalan Panglima Sudirman ,alun-alun Kediri sangat mudah ditemukan, karena berada persis di sebelah simpangan Bis jurusan Tulungagung dan Surabaya. Alun-alun Kediri dulunya berupa tanah gersang berumput dan bercokol patung warna emas ditengahnya yang tak lain adalah patung Mayor Bismo ,pada tahun 90′an dipugar menjadi sebuah taman yang lengkap dengan arena pejalan kaki dan sentra kaki lima yang tersusun rapi disebelah utaranya. Sehingga yang pengen jajan makanan Kediri bisa langsung mampir jajan disana. Harganyapun cukup terjangkau, diantaranya ada bakso, rujak, mie, sate, gado-gado, soto dsb.
Kalo saat siank mungkin alun-alun Kediri terlihat sangat sepi dan panas, namun kalo malam apalagi saat malam minggu adalah saat paling rame dan pasar dadakanpun muncul memenuhi seluruh alun-alun. Tak heran jika alun-alun Kediri dijadikan tempat nongkrong maupun hiburan keluarga utama di kota Kediri dan sekitarnya, mengingat tempatnya yang strategis, rame, asyik dan fasilitasnyapun cukup memadai. Kalo minggu pagi, maka disana jadi tempat jujugan utama para pejoging maupun sekedar refreshing di pagi hari bagi warga Kediri.





GOR JOYOBOYO 

 

GOR baru milik Kota Kediri namanya GOR Joyoboyo kadang di sebut GOR Jayabaya. GOR ini dibangun karena stadion brawijaya adalah milik TNI. Lokasi GOR baru ini adalah di Desa Muning kurang lebih 300m dari perempatan muning ke selatan. GOR Joyoboyo ini sudah di gunakan untuk beberapa event antara lain Event pertandingan futsal eks karisidenan Kediri.



TAMAN TIRTOYOSO KEDIRI 

Taman Tirtoyoso adalah sebuah tempat rekreasi keluarga yg berada di jantung kota Kediri. Taman Tirtoyoso berada di jalan A. Yani 1 Kediri atu lebih mudahnya di sebelah utara Stadion Brawijaya. Taman Tirtoyoso dahulu lebih terkenal dengan kolam renang Kowak. Fasilitas yang Berada di Taman Tirtoyoso diantaranya Olimpyc Pool, Kids Poll, Dry Water, Cafe, Outbound, Kidz Zone, Balon Air, ATV Ring, Bebek Air.





KALI BRANTAS KEDIRI 

Kali BrantasKami meninggalkan hotel dengan menumpang sebuah becak dengan tujuan memotret Kali Brantas, sebuah sungai besar yang membelah Kota Kediri, Jawa Timur. Kali Brantas merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo, dengan panjang sungai utama mencapai 320 km dan daerah aliran sungai seluas 11.800 km² atau seperempat luas wilayah Jawa Timur.
Hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai di jembatan sungai Brantas dari hotel dimana kami menginap, setelah sebelumnya sempat berhenti beberapa saat untuk memotret sebuah gedung tua bergaya kolonial di Jalan Jaksa Agung Soeprapto.

Sebuah jembatan yang melintang di atas Kali Brantas, berhias deretan lampu dengan tiang berpuncak kuntum bunga dan berornamen klasik. Iklan sebuah merk rokok asli Kediri yang keberadaannya begitu penting bagi ekonomi setempat ikut menghias jembatan sungai Brantas.
Kali Brantas
Sebuah pulau hijau rimbun di tengah Kali Brantas, sementara di sebelahnya sekelompok orang tengah menambang pasir Kali Brantas; sebuah kegiatan yang dilakukan di banyak tempat di sepanjang aliran Kali Brantas yang tampaknya sampai tahun lalu masih kurang terkontrol dan menimbulkan kerusakan pada tanggul, tebing sungai dan bantaran sungai.
Sungai Brantas
Tiang-tiang jembatan Kali Brantas. Mata air Kali Brantas ini berada di Desa Sumber Brantas, Batu, kemudian mengalir ke daerah Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Mojokerto Kali Brantas terbelah dua manjadi Kali Mas yang mengalir ke arah Surabaya dan Kali Porong yang mengalir ke arah Porong, Sidoarjo.
Sayang sekali tepian Kali Brantas yang seharusnya hijau indah, terlihat kotor dengan ceceran sampah yang terserak dimana-mana.
Pada abad ke 8, di sekitar sungai telah berdiri sebuah kerajaan bernama Kanjuruhan, yang mewariskan Candi Badut dan prasasti Dinoyo bertarikh 760 M, yang memanfaatkan aliran Kali Brantas untuk mengairi daerah persawahan dan perkebunan subur yang menjadi pilar ekonomi kerajaan agraris ini.
Sungai Brantas
Sebuah pohon rindang di tepian Kali Brantas menjadi sangat penting di kota yang relatif panas ini, dan menjadi tempat strategis bagi pedagang kaki lima untuk menjaring pelanggan. Prasasti Harinjing yang ditemukan di Pare, bertarikh 726 Saka atau 804 M dan 849 Saka atau 927 M menyebutkan dibangunnya saluran air dan tanggul yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali Konto, yaitu Kali Harinjing. Kali Konto adalah salah satu anak sungai Kali Brantas.
Sungai Brantas
Menara dan kubah sebuah masjid terlihat di latar belakang sungai yang airnya mengalir tenang. Kali Brantas rupanya sangat penting bagi ekonomi Jawa Timur, karena kabarnya 60% produksi padi Jawa Timur berasal dari areal persawahan di sepanjang daerah aliran Kali Brantas ini.
Sayang sekali karena terjadinya pendangkalan dan debit air yang terus menurun, Kali Brantas tidak bisa dilayari lagi oleh kapal besar. Pendangkalan terjadi karena sungai melingkari Gunung Kelud dan Gunung Semeru di bagian hulunya, sehingga banyak bahan vulkanik yang masuk ke dalam aliran Kali Brantas ini.
Sungai Brantas
Salah satu fungsi kakus Kali Brantas yang masih saja berlaku, yang tampaknya memerlukan pengaturan yang lebih baik. Jika saja Kali Brantas bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata sungai, tentu akan sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi kegiatan ekonomi setempat.
Sungai Brantas
Seorang pria tengah menggembalakan kambingnya di rerumputan di tepian Kali Brantas. Sementara sampan-sampan para penambang pasir tampak berada di kejauhan.
Sungai Brantas
Tepian Kali Brantas yang terlihat telanjang tanpa ada yang melindunginya dari kikisan air. Di sepanjang aliran Kali Brantas dan anak-anak sungainya ini terdapat beberapa bendungan besar, diantaranya adalah Bendungan Bening, Bendungan Lahor, Bendungan Sengguruh, Bendungan Serut, Bendungan Sutami, Bendungan Selorejo, dan Bendungan Wlingi.


TAMAN SEKARTAJI 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg60ItQpzo6ld8rcmnx-xQAQRry8WO16EvrUSIFxnNnrqhRJ0y9eyM9liX95zbHwTzwtmNV_sWQh6yCBn546tP0t87AHPOMuAb2c4JN5D8iBmKuxmDoLYTm0Z5ToroFTM1vQkeu2wZyWIM/s1600/100_6641.JPGnamanya Taman Sekartaji :D . Ni tempat merupakan taman kedua setelah Alon-alon Kediri lurd. Taman ni emank gak terlalu luas sih, tapi ni taman juga menjadi tempat favorit anak muda hang out lurd, karena di taman ni gak hanya ada kolam buatannya aja atau tanaman-tanaman aja, namun di sini juga terdapat beberapa warung lesehan dengan menu yang bervariasi seperti makanan ringan, jagung bakar dan berbagai minuman. Tempatnya cukup rindang dan asyik lurd kalau siang, namun dari segi pemandangannya gak terlalu bagus sih cause ni taman penataannya kurang tepat dan ada sedikit masalah di bidang kebersihannya.


Meskipun begitu, ni tempat juga cukup rame juga lho, apalagi kalau udah malam n malem minggu ni tempat pasti rame lurd. Selain di tamannya, di pinggir jalan area taman ini juga tak kalah rame lho, cause di setiap pinggir jalannya banyak yang jual jagung bakar n berbagai minuman lho lurd. Dan inilah yang membuat taman ini sangat rame bila waktu malam sudah tiba, yaitu para penjual jagung bakar di pinggir jalan di area taman ini. So, gak salah kalau ni tempat juga jadi tujuan kebanyakan dulur yang suka hang out. Kebanyakan dulur yang hang out di sini selain menghabiskan malamnya dengan pacaran, mereka juga ingin menikmati suasana malam Kota Kediri dengan ditemani se bonggol jagung bakar dan secangkir kopi.

Selain untuk pacaran n makan jagung, di sini juga pas untuk hang out rame-rame ama temen-temen lurd, selain area sekitar taman yang luas, ni tempat juga di hiasi oleh patung pria yang mengenakan seragam PETA (Pembela Tanah Air) berwarna kuning keemasan yang berdiri tegak dan gagah, dengan pistol di pinggang dan dengan tangan kanan mengembang ke samping memegang sebilah keris lekuk tiga yang terhunus miring di depan dada.

Taman Sekartaji ni terletak di Jl. Jaksa Agung Soeprapto, Kediri, Jawa Timur, di depan bekas Rumah Dinas Residen Kediri. Pokoknya ni tepat juga ndak kalah asyik lurd ama tempat lain, apalagi waktu menikmatinya saat malam minggu dengan mas or mbak pacar trus memesan jagung bakar di temani dengan secangkir kopi dan memilih tempat duduknya pas di depan bekas Rumah Dinas Residen Kediri, pasti rasanya enjoy n asyik dah lurd. Gak bakal rugi dah kalau kalian hang out ke sini :D ...
 
Nahh,, itu tadi sedikit info tentang spot hang out yang berada di TAMAN SEKARTAJI KEDIRI lurd. So, sekarang tinggal pendapat dulur-dulur bagaimana, mau di jadikan salah satu spot Hang Out dulur-dulur kah atau bagaimana kah..







  

PONDOK PESANTREN LIRBOYO KEDIRI 

Pondok Pesantren Lirboyo salah satu yang tertua di Indonesia, dan hingga saat ini menjadi panutan bagi pesantren baru. Bangunan pondok lama yang ada di dalamnya hingga saat ini masih dipertahankan, dan dipercaya menjadi parameter keberhasilan pembangunan pesantren di sejumlah daerah.
Bangunan pondok lama berada di sebelah utara serambi luar Masjid Lawang Songo dan dijadikan sebagai salah satu asrama santri. Ukurannya 8 x 6 meter didalamnya terdapat 6 kamar yang berposisi saling berhadapan. Meski relatif kecil, 6 kamar tersebut saat ini dihuni sekitar 120 santri dan uniknya masih tetap tampak lapang digunakan.
Khoirul Anam, salah seorang pengurus Pondok Pesantren Lirboyo mengungkapkan, hingga saat ini banyak alumni pesantren yang ingin mendirikan pondok, membawa sedikit bekal berupa tanah di bagian bawah pondok lama.
Proses pengambilan tanah dapat dengan mudah dilakukan, karena meski secara umum bangunannya berupa tembok permanen, bagian lantainya dipertahankan berupa kayu.
“Ini bisa dibuka dan dengan mudah tanahnya bisa diambil. Biasanya memang santri mengambil ini kalau pulang, karena hampir semuanya di sini memiliki obsesi mendirikan pondok sendiri,” kata Anam sambil menunjukkan lantai kayu di pondok lama,
Untuk pemanfaatan tanah di dalam pondok lama, Anam mengungkapkan, cukup dicocokkan pada tanah di lokasi pendirian pesantren baru. Tanah yang memiliki tingkat kecocokan paling tepat, disanalah lokasi yang diyakini paling tepat untuk pendirian pesantren baru.


 
 WISATA GUNUNG KLOTOK KEDIRI 


Gunung Klotok beradadi kecamatan Mojoroto dipinggir kota namun tidak jauh dari pusat kota.Gunung  Klotok merupakan komplek tempat wisata unggulan di kota Kediri.Disana terdapat berbagai macam tempat dan sarana yang bisa dikunjungi.Seperti kolam renang dan wahana bermain keluarga yang sampai saat ini masih dalamtahapfinishing pembangunannya, ada pula GoaSelomanglengmerupakan situs sejarah kerajaan Kediri,selainituterdapatMuseum Airlangga yang didalamnya terdapat berbagai macam koleksi patung-patung peninggalan kerajaan Kediri, ada pula petilasan Mbah Boncolono yang berada di atas bukit Maskumambang. yang bisa ditelusuri dengan tangga untuk menuju puncaknyan  dan masih banyak lagi.
          Pada musim liburan, pengunjung tempat wisata ini membludak dibandingkan hari-hari biasa. Banyaknya fasilitas yang disuguhkan menjadikan wisata Gunung Klotok banyak peminatnya
Wisata gunung klotok merupakan salah satu tempat wisata yang di gemari olehberbagai kalangan baikkeluarga maupun kalangan muda-mudi yang sekedar ingin melepaskan lelah atau Refresing sejenak. Wisata ini sangat digemari oleh pengunjung kerena banyak fasilitas yang dapat di nikmati khusunya untuk anak-anak, dengan harga tiket yang masuk  ekonomis.
Selain harga tiket masuk yang terjakau, dalam wisata ini juga menghadirkanhiburan yang diadakan setiap hari minggu atapun hari libur nasional, seperti, Jarana, Orkes, dll.Saya senang sekali bisa liburan disini, karena harga tiket sangat murah, apalagi saya mempunyai 3 orang anak” kata ibu Witarsih( 42  tahun) pengunjungasal Pesantren Kota Kediri

DERMAGA JAYABAYA 


Dermaga Jayabaya merupakan salah satu dermaga yang ada di sungai brantas, yang dimiliki oleh pemerintah Kota Kediri yang terletak di sebelah utara jembatan lama tepatnya di desa Mojoroto Kota Kediri. Merupakan aset negara yang selama ini hanya sebagai pajangan dan tempat memadu kasih bagi kaum muda mudi di Kota Kediri. Saya sebagai warga Kota Kediri merasa prihatin melihat keberadaan Dermaga Jayabaya yang tidak terawat dan hanya merupakan pajangan saja.
Dilihat dari tata letak Dermaga Jayabaya sebenarnya sangatlah penting dan pembangunannya membutuhkan banyak biaya, merupakan dermaga satu-satunya di Kota Kediri yang berdiri megah dan sangat mudah untuk dijangkau bagi pengunjung yang ingin melihat dan bertamasya di Dermaga Jayabaya.Sekarang ini Dermaga Jayabaya jarang dibuka untuk umum dan dilihat dari fungsinya sudah jarang dipakai lagi. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja atau even-even penting saja Dermaga Jayabaya dipakai/dibuka untuk umum. Saya sebagai warga Kota Kediri merasa ikut memiliki dermaga tersebut merasa tersentuh dengan keadaan Dermaga Jayabaya yang sekarang ini sangat memprihatinkan. Saya menghimbau kepada pihak-pihak yang terkait untuk menghidupkan kembali dan ikut memelihara dengan keberadaan dari Dermaga Jayabaya. Semoga dengan himbauan saya ini keberadaan Dermaga Jayabaya bisa hidup kembali fungsinya baik sebagai dermaga atau tempat wisata sungai yang ada di Kota Kediri.