Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng
yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa
Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut
sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng
terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya
menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna
yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon
senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan
gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng
dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika
memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu.
Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana
gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut
pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa
yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3
ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri
dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat
relief-relief di dinding goa.
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpuf
Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng
yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa
Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut
sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng
terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya
menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna
yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon
senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan
gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng
dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika
memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu.
Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana
gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut
pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa
yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3
ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri
dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat
relief-relief di dinding goa.
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpuf
Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng
yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa
Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut
sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng
terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya
menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna
yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon
senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan
gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng
dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika
memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu.
Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana
gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut
pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa
yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3
ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri
dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat
relief-relief di dinding goa.
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpuf
Wisata Selomangleng adalah wisata alam di wilayah kotamadya Kediri,
tepatnya berada di kaki Gunung Klotok. Desa Waung, berjarak kira-kira
tiga km dari pusat Kota Kediri. Goa Selomangleng di kota Kediri ini
menurut sejarah merupakan goa tempat pertapaan “Dewi Kilisuci”.
Mengapa dinamakan Selomangleng karena letaknya tepat berada di lereng bukit, selo artinya batu, sedang Mangleng berarti
miring. Selomangleng artinya Batu yang miring dari atas permukaan
tanah. Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam berukuran cukup besar
dan nampak menyolok terlihat dari kejauhan.
Memang, jika dilihat sepintas tidak ada yang istimewa dari gua batu ini. Keunikan baru bisa terlihat setelah kita mendekati pintu gua. Beberapa meter di bawah mulut Goa terdapat bongkahan batu-batu seolah berserakan. Sebagaian diantaranya nampak terdapat pahatan, menandakan bahwa tempat ini pernah disentuh oleh manusia. Berbagai corak relief menghiasi dinding luar gua diantaranya ada yang berbentuk manusia.
Bila kita melengok lebih dalam lagi, suasana gua nampak gelap gulita, ditambah dengan aroma dupa yang cukup menyengat seolah ikut menyambut pengunjung. Bahkan tidak heran bila ada beberapa pengunjung merasa ketakutan sehingga berfikir panjang sebelum memutuskan masuk goa. Kesan mistis terasa kental saat berada di dalamnya. Beberapa pengunjung nampak buru-buru keluar setelah memasuki gua, karena tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat.
Gua batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak ada stalagtit maupun stalagmite yang umumnya dijumpai pada gua-gua alam lainnya. Di gua ini terdapat tiga ruangan, mulai dari pintu masuk kita tiba di ruang utama yang tidak begitu lebar. Setelah itu ada pintu kecil disisi kiri dan kanan untuk menuju ruangan lain.
Di dalam gua banyak dijumpai relief yang menghiasi dinding, bila ingin melihat dengan jelas dibutuhkan penerangan tambahan. Seperti saya sendiri menggunakan sinar lampu dari telepon genggam yang kebetulan bisa difungsikan sebagai lampu penerangan (senter). Pada dasar lantai banyak ditemukan bunga-bunga sesajen berwarna-warni yang kelihatan masih segar. Ini pertanda bahwa tempat itu sering digunakan untuk bertapa atau tirakat bagi kalangan masyarakat tertentu.
Saat pengunjung ingin memasuki ruangan sebelah kiri dari pintu masuk gua, dia harus sedikit merangkak karena ukuran pintunya cukup kecil. Sebab, ketika saya mencoba memasuki ruangan tersebut, praktis cahaya semakin minim karena tidak adanya penerangan dalam gua. Selain itu, ruangannya yang kecil dengan atap yang rendah sehingga kesan sempit dan supek mendominasi suasana dalam ruangan…. Sehingga sulit sekali untuk melihat apa saja yang ada di dalam ruangan. Ketika mencoba menelusuri dinding gua dengan penerangan dari telpon genggam, barulah terlihat bagian bawah dalam gua tersebut juga memiliki relief-relief yang senada dengan bagian luar gua.
Berbeda dengan ruang sebelah kiri pada sisi kanan gua, terdapat relief pada bagian atas dari pintu masuk. Mirip dengan relief yang seolah menghiasi hagian atas dari pintu masuk candi. Ruangan ini sedikit lebih lebar dari sisi kiri. Pada dinding gua, terdapat bagian yang menonjol dengan cerukan kecil di bagian bawahnya, membentuk tungku. Sebatang dupa yang masih menyala nampak berada di dalam tungku tersebut, menebarkan aroma menyengat yang memenuhi seluruh ruangan. Relief-relief yang ada masih bisa terlihat cukup jelas untuk bisa dinikmati.
Legenda Goa Silomangleng
Dari cerita yang beredar, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.
Legenda ini sangat erat hubungannya dengan legenda Gunung Kelud. Pada jaman dahulu di Kediri bertahtalah seorang raja bernama Djojoamiluhur. Dalam masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri mengalami kejayaan, penduduknya hidup layak dan negaranya aman. Dalam melaksanakan pemerintahan, Sang Raja dibantu oleh tiga orang yang dipercaya, masing-masing bernama Tunggulwulung, Butolocoyo dan seorang Panembahan Sakti yang bernama Empu Baradah atau yang terkenal dengan sebutan Mbah Pradah. Sang Raja Djojoamiluhur dikaruniai tiga orang anak, yaitu seorang putri yang sangat cantik bernama Dewi Kilisuci dan dua orang putra yang rupawan bernama Djojoamiseso dan Djojoamiseno
KOLAM RENANG PAGORA KUAK
Memang, jika dilihat sepintas tidak ada yang istimewa dari gua batu ini. Keunikan baru bisa terlihat setelah kita mendekati pintu gua. Beberapa meter di bawah mulut Goa terdapat bongkahan batu-batu seolah berserakan. Sebagaian diantaranya nampak terdapat pahatan, menandakan bahwa tempat ini pernah disentuh oleh manusia. Berbagai corak relief menghiasi dinding luar gua diantaranya ada yang berbentuk manusia.
Bila kita melengok lebih dalam lagi, suasana gua nampak gelap gulita, ditambah dengan aroma dupa yang cukup menyengat seolah ikut menyambut pengunjung. Bahkan tidak heran bila ada beberapa pengunjung merasa ketakutan sehingga berfikir panjang sebelum memutuskan masuk goa. Kesan mistis terasa kental saat berada di dalamnya. Beberapa pengunjung nampak buru-buru keluar setelah memasuki gua, karena tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat.
Gua batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak ada stalagtit maupun stalagmite yang umumnya dijumpai pada gua-gua alam lainnya. Di gua ini terdapat tiga ruangan, mulai dari pintu masuk kita tiba di ruang utama yang tidak begitu lebar. Setelah itu ada pintu kecil disisi kiri dan kanan untuk menuju ruangan lain.
Di dalam gua banyak dijumpai relief yang menghiasi dinding, bila ingin melihat dengan jelas dibutuhkan penerangan tambahan. Seperti saya sendiri menggunakan sinar lampu dari telepon genggam yang kebetulan bisa difungsikan sebagai lampu penerangan (senter). Pada dasar lantai banyak ditemukan bunga-bunga sesajen berwarna-warni yang kelihatan masih segar. Ini pertanda bahwa tempat itu sering digunakan untuk bertapa atau tirakat bagi kalangan masyarakat tertentu.
Saat pengunjung ingin memasuki ruangan sebelah kiri dari pintu masuk gua, dia harus sedikit merangkak karena ukuran pintunya cukup kecil. Sebab, ketika saya mencoba memasuki ruangan tersebut, praktis cahaya semakin minim karena tidak adanya penerangan dalam gua. Selain itu, ruangannya yang kecil dengan atap yang rendah sehingga kesan sempit dan supek mendominasi suasana dalam ruangan…. Sehingga sulit sekali untuk melihat apa saja yang ada di dalam ruangan. Ketika mencoba menelusuri dinding gua dengan penerangan dari telpon genggam, barulah terlihat bagian bawah dalam gua tersebut juga memiliki relief-relief yang senada dengan bagian luar gua.
Berbeda dengan ruang sebelah kiri pada sisi kanan gua, terdapat relief pada bagian atas dari pintu masuk. Mirip dengan relief yang seolah menghiasi hagian atas dari pintu masuk candi. Ruangan ini sedikit lebih lebar dari sisi kiri. Pada dinding gua, terdapat bagian yang menonjol dengan cerukan kecil di bagian bawahnya, membentuk tungku. Sebatang dupa yang masih menyala nampak berada di dalam tungku tersebut, menebarkan aroma menyengat yang memenuhi seluruh ruangan. Relief-relief yang ada masih bisa terlihat cukup jelas untuk bisa dinikmati.
Legenda Goa Silomangleng
Dari cerita yang beredar, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.
Legenda ini sangat erat hubungannya dengan legenda Gunung Kelud. Pada jaman dahulu di Kediri bertahtalah seorang raja bernama Djojoamiluhur. Dalam masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri mengalami kejayaan, penduduknya hidup layak dan negaranya aman. Dalam melaksanakan pemerintahan, Sang Raja dibantu oleh tiga orang yang dipercaya, masing-masing bernama Tunggulwulung, Butolocoyo dan seorang Panembahan Sakti yang bernama Empu Baradah atau yang terkenal dengan sebutan Mbah Pradah. Sang Raja Djojoamiluhur dikaruniai tiga orang anak, yaitu seorang putri yang sangat cantik bernama Dewi Kilisuci dan dua orang putra yang rupawan bernama Djojoamiseso dan Djojoamiseno
KOLAM RENANG PAGORA KUAK
Pagora adalah sebuah wisata kediri yang menawarkan tempat rekreasi sambil belajar, lokasi tempat wisata kediri
ini sangat lah strategis karena berada di pusat sekolahan ternaman dari
mulai TK sampai universitas, selain itu juga ada stadian kebanggan
kediri, stadion brawijaya ada juga rumah sakit dan kodim 521. Harga yang
di tawarkan untuk masuk sangatlah murah antara Rp 5.000, – untuk
anak-anak dan Rp 7.500, -. Untuk orang dewasa membuat tempat ini selalu
disempurnakan, terutama pada hari Minggu atau hari liburan lainnya.
memasuki pintu awal anda akan di sambut oleh patung – patung tokoh pewayangan yang sangat melegenda di dunia pewayangan.
memasuki pintu awal anda akan di sambut oleh patung – patung tokoh pewayangan yang sangat melegenda di dunia pewayangan.
di tempat wisata kediri
ini memiliki banyak berbagai arena antara lain kolam renang, mini kebun
binatang, tempat memancing, area bermain anak – anak, perahu dan banyak
lagi. Dalam hal ini wisata yang di tonjolkan adalah kolam renangnya.
Kolam renang di wisata ini di bagi menjaid 2 yaitu
untuk anak – anak dan dewasa. Selain berbagai arena disan juga
disediakan fasilitas toilet, kamar mandi, ruang ganti yang di jaga
kebersihanya.
Tempat memancing disana sangatlah
menyenangkan, kalau anda hanya ingin bermain tidak masalah Karena
memancing disana tidak dipungut biaya lagi kecuali anda ingin membawa
pulang ikan yang anda dapatkan. Hasil ikan yang anda ingin bawa pulang
akan di hitung per kilonya Kemancing disana pasti penuh sensasi yang
menyenangkan.
kolam renang yang yang di sediakan di tempat wisata kediri ini memiliki banyak seluncuran yang menarik dan wajib anda coba, selain kolam senang di wisata kediri
juga memiliki mini kebun binatang. Bebrbagai jenis burung ada
disanaseperti burung enggang, burung kasuari, burung merak, burungkate
unggas, unggas,, rusa dan banyak lagi. Kebun binatang yang berada disini
akan membuat anak Anda lebih mengenal lebih dekat satwa liar lokal
Indonesia.
Taman bermain untuk anak-anak sangatlah banyak macamnya seperti becak mini, kereta api, komedi putar, rintangan untuk anak – anak. Sedangkan untuk dewas terdapat berbagai macam hiburan seperti perahu mesin dan perahu konvensional. Dalam Wisata Kediri ini terdapat berbagai macam hiburan music karena disini di bangun panggung yang di isi band – band local yang siap menghibur anda.
Taman bermain untuk anak-anak sangatlah banyak macamnya seperti becak mini, kereta api, komedi putar, rintangan untuk anak – anak. Sedangkan untuk dewas terdapat berbagai macam hiburan seperti perahu mesin dan perahu konvensional. Dalam Wisata Kediri ini terdapat berbagai macam hiburan music karena disini di bangun panggung yang di isi band – band local yang siap menghibur anda.
Tempat wisata di Kota Kediri banyak beraneka ragam. Salah satunya adalah Goa Selomangleng
yang terletak di kaki Gunung Klotok, Desa Waung, Kotamadya Kediri, Jawa
Timur. Tempat ini berjarak kira-kira 3 Km dari pusat kota. Menurut
sejarahnya Goa Selomangleng adalah tempat bertapanya Dewi Kilisuci.
Mengapa Goa ini di namakan Selomangleng? Karena letaknya berada di lereng bukit, Selo artinya Batu sedangkan Mangleng artinya Miring. Bisa di artikan Selomangleng adalah Batu yang miring dari atas permukaan tanah. Di Goa Selomangleng
terdapat Dua Ceruk. Ceruk utama menghadap ke Barat. Ceruk lainnya
menghadap ke Selatan. Di dinding ceruk utama terdapat pahatan relief Arjunawiwaha lebih tepatnya adegan mintaraga. Relief ini mengisahkan Sang Arjuna
yang bertapa untuk memohon kekuatan jiwa raga dan bathin serta memohon
senjata sakti dari para dewa. Saat bertapa Arjuna banyak mendapatkan
gangguan-gangguan dari bidadari-bidadri utusan Dewa Bhatara Indra. Arjuna bergeming. Godaan tak mampu mematahkan tapanya sehingga ia akhirnya mendapatkan senjata berupa Gendewa.
Goa Selomangleng
dilihat sepintas tidak ada yang istimewa. Keunikan baru terlihat ketika
memasuki mulut goa. Beberapa meter dibawah mulut goa berserakan batu.
Sebagian diantaranya terdapat pahatan. Melongok kedalam goa, suasana
gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut
pengunjung. Kesan mistis terasa sangat kental sekali di dalam goa. Goa
yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikan nya kedap air. Terdapat 3
ruangan di dalam goa, Ruangan utama, dan dua ruangan lagi di sisi kiri
dan kanan dari ruangan utama.Diketiga ruang tersebut banyak terdapat
relief-relief di dinding goa.
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/09/goa-selomangleng-pariwisata-di-kota-kediri.html#sthash.JZ2PSDjq.dpufSitus Setono Gedong Kediri
Situs Setono Gedong lokasinya berada di belakang Masjid Aulia Setono Gedong, dicapai melalui sebuah gang yang cukup besar di Jl. Doho, Kediri, yang letak dan arahnya berseberangan dengan jalan simpang yang menuju ke arah Stasiun Kereta Api Kediri. Di dekat situs ini juga terdapat kompleks makam keramat yang banyak dikunjungi peziarah.
Sebelum masuk ke kompleks Masjid Setono Gedong, terdapat sebuah gapura yang tidak begitu tinggi namun sangat tebal dindingnya, yang konon sebelumnya merupakan gapura sebuah candi. Sebuah sumber mengatakan bahwa beberapa pihak telah berupaya untuk mempertahankan gapura itu, namun sayang tidak berhasil.
Masih beruntung bahwa gapura candi itu kabarnya tidak dihancurkan, namun hanya dilapis semen sehingga bentuknya pun berubah seperti sekarang ini.Susunan batu yang ditata berjajar membentuk undakan menuju bangunan pendopo bergaya joglo, yang berukuran besar di sebelah kanan, dan yang berukuran kecil berada di sebelah kiri. Kedua bangunan itu tampaknya belum terlalu lama didirikan.
Deret batu di bagian bawah yang berwarna kekuningan adalah masih asli, yang menurut sebuah sumber merupakan pondasi sebuah candi dari jaman Kerajaan Kediri, sedangkan yang dibagian atasnya merupakan susunan batu yang ditata kemudian.
Konon di atas pondasi candi itu sempat akan dibangun sebuah masjid oleh para wali. Namun karena alasan yang tidak diketahui, pembangunan masjid itu tidak jadi dilaksanakan. Materialnya konon kemudian digunakan untuk membantu menyelesaikan pembangunan Masjid Demak di Demak, dan Masjid Sang Cipta Rasa di Cirebon.
Area di atas pondasi itu sempat difungsikan sebagai sarana prasarana ibadah, dan tempat pertemuan para wali. Menurut cerita, wilayah Kediri dibagai dalam 2 kelompok oleh para wali. Di Barat sungai di pimpin oleh Sunan Bonang, sedangkan di sebelah Timur sungai dipimpin oleh Sunan Kali Jogo, yang di dalamnya termasuk mbah Wasil yang berasal dari Istambul. Kediri adalah salah satu daerah yang paling akhir di-Islam-kan oleh para wali.
Alamat Situs Setono Gedong
Belakang Masjid Setono Gedang,
Jl. Doho, Kediri, Jawa Timur
GPS: -7.816378, 112.011796
GREJA MERAH
Selain Gereja Puhsarang yang terkenal dengan perpaduan arsitek Eropa-Jawa. Di Kediri, Jawa Timur, juga terdapat gereja tertua yang dibangun pada awal abad 19, dengan gaya arsitektur Eropa. Selain menjadi satu-satunya bangunan cagar budaya, gereja ini juga menyimpan injil kuno dari peninggalan tahun 1867.
Kerkeeraad Der Protestanche Te Kediri, itulah nama asli Gereja
Protestan Barat (GPIB) di Kediri, Jawa Timur, yang saat ini dikenal
dengan sebutan Gereja Merah. Gereja ini pertama kali dibangun oleh orang
Belanda JA Broers pada tahun 1904. JA Broers yang kala itu seorang
pendeta diutus pemerintahan Hindia Belanda untuk mengajarkan agama
protestan di Kediri.
Baru pada tahun 1948, gereja ini diserahkan pemerintah Belanda
kepada pengurus gereja asli pribumi. Sejak dibangun hingga saat ini,
Gereja Merah baru mengalami satu kali pemugaran pada tahun 2005 lalu.
Selain bangunan, interior gedung juga masih asli, seperti kaca jendela,
balkon, kursi, kayu penyangga.
Gereja ini juga menyimpan kitab injil kuno berbahasa Belanda yang
dibuat tahun 1867. Juga terdapat koleksi empat buah gelas kuno terbuat
dari bahan perunggu. Menurut pengurus gereja, Pendeta Mery Gimon,
pengurus mengaku kesulitan merawat gereja ini.
Sebutan Gereja Merah mulai digunakan pada tahun 1994, sebelumnya
gereja ini berwarna putih gading. Kemudian gereja ini seluruhnya dicat
merah untuk menghemat biaya perawatan, sehingga masyarakat menyebutnya
Gereja Merah. Hingga kini Gereja Merah menjadi satu-satunya gereja
Se-Karisidenan Kediri yang menjadi cagar budaya.
MASJID AGUNG
Bersamaan dengan mundurnya kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur munculah kekuasaan baru dengan warna Islami di bawah kekuasaan kesultanan. Agama Islam mendapatkan perhatian tinggi dan diurus melalui tatanan struktur Pemerintah Kesultanan. Di setiap dusun, desa, kecamatan dan kabupaten ada satu lembaga keagamaan. Sampai sekarang masih dapat kita kenali istilah Pengulu Dalem, Pengulu Ageng, Ketib dan Naib. Di setiap Kota Kabupaten masih lestari adanya Masjid Agung yang diurus oleh Pemerintah yang biasanya selalu berdampingan dengan Kantor Bupati dan Alun-Alun, demikian pula halnya di Kediri
Begitu pula di Kota Kediri, Masjid Agung Kota Kediri tepat berada di depan alun-alun kota. Sangat gampang ditemukan, karena berada di tepat di samping perempatan dimana semua kendaraan umum yang masuk dan keluar Kediri, selalu melintasinya. Dari luar bangunan bertingkat tiga ini kelihatan sangat megah, apalagi ditambah dengan menara setinggi 49 meter dan air mancur yang berada di depannya. Begitu masuk ke dalam bangunan masjid mata kita serasa dibuat sejuk dengan hamparan marmer berwarna abu-abu. Nuansa gaya Roma sangat terasa dalam masjid agung, ini bisa dilihat dari seni mozaik marmernya, hiasan di atap masjid dan hiasan cungkup masjid serta banyaknya tiang yang ada yaitu sebanyak 106 buah tiang kolom. Meski bergaya ala Eropa klasik kita masih tetap akan menemukan nuansa etnik di dalamnya, yaitu ukiran kaligrafi dari kayu yang menjadi ciri khas sebuah masjid. Luas Masjid Agung sendiri sebesar 1388,8 m 2 untuk lantai dasarnya, sementara lantai 1 seluas 1335,1 m 2 dan lantai dua seluas 396,8 m 2 . Berdiri di atas tanah seluas 4780,6 m 2 Masjid Agung memiliki jumlah pintu utama 15 buah dan pintu Bantu sebanyak 12 buah. Para jemaah pun dijamin dengan fasilitas parkir yang luas dan urinoir, kamar mandi, wc serta kran wudlu yang disediakan. Ada 80 buah kran wudlu yang disediakan untuk jemaah pria dan 15 kran untuk jemaah wanita. Bagian untuk fasilitas ini dibuat lorong memanjang sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi para penggunanya. Sehingga kalau kita sudah masuk masjid, rasanya ingin terus berlama-lama di dalamnya
Sejarah Masjid Agung
Berdasarkan prasasti kayu jati (pertama), tertulis di mahkota yang dipasang di atas joglo masjid lama terukir tahun 1771 M. Dapat diduga bahwa Masjid Ageng Kediri dibangun yang pertama kali pada tahun 1771 M.
Pada tahun 1974, seorang yang bernama Mustakeh (Pegawai Kadaster) pernah memberi keterangan, bahwa ia bertemu seseorang yang bernama Bang Amat pernah memberi tahu bahwa ia (Bang Amat) � menangi’ zaman Perang Diponegoro (Tahun 1825-1830 M) dan pernah shalat di Masjid Jami’ Kauman Kediri. Ketika Bang Amat Shalat di Masjid itu bangunan Masjid masih kelihatan baru. Hal ini diduga dan dicatat bahwa Masjid Ageng Kediri dipugar yang pertama kali di sekitar tahun 1830 M.Prasasti kayu jati yang kedua ditulis di mimbar masjid berbunyi: KOLO ADEGIPUN MINBAR MESJID AGENG ING KEDIRI SABTU PAHING, WULAN HAJI KAPING 5, TAHUN ALIF 1261 MIN HIJROTIN NABIYYI MIN MAKKATA ILAL MADINAH. Prasasti kayu jati yang kedua ini menjelaskan bahwa mimbar (tempat khotib berkhothbah) Masjid Ageng dibuat dan dipakai setelah fisik Masjid ada pada tahun 1261 H atau tahun 1841 M. Mimbar bersejarah ini kita lestarikan dan sampai saat ini kondisinya masih baik dan masih digunakan untuk tempat khotib berkhothbah. (Semula mimbar kayu jati ini di-cat, sekarang direnovasi dan dikembalikan ke aslinya yaitu di politur).
Prasasti ketiga terbuat dari bahan marmer, berbunyi : MESJID AGENG KEDIRI KAMULYA �AKEN AMARENGI DINTEN REBO WAGE PING 6 WULAN SAPAR HIJROH 1347 UTAWI PING 25 JULI 1928 SAKING KERSO DALEM KANJENG RADEN ADIPATI HARIYO DANUDININGRAT BUPATI KAPING WOLU ING KEDIRI SAREMBAG KALIYAN PORO MUSLIMIN KANTHI PANYUWUN DATENG GUSTI ALLOH, MUGI-MUGI TIYANG KEDIRI SAMI PINARINGAN IMAN SEMPURNO TEBIH DATENG TINDAK DUROKO ANETEPI PANGANDIKANIPUN GUSTI ALLOH, KADYO INGKANG KADHAWUHAKEN ING SALEBETING ALAM ARWAH.
Berdasarkan prasasti marmer, pada tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M Masjid Jami’ Kediri dilakukan pemugaran yang kedua oleh Bupati Kediri ke-8 yang bernama KRA. Haryo Danudiningrat dengan membentuk semacam kepanitiaan yang diketuai oleh Kanjeng Pengulu yang bernama R. H. Ali Mustoha. Karena beberapa pertimbangan syariah yang mendasar, maka pemugaran kali ini melibatkan ulama besar, yakni almaghfurlah KH. Hasyim Asy’ari dan almaghfurlah KH. Wahab Chasbullah dari Jombang. Sejak tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M. Sebutan Masjid Jami’ diubah dengan penambahan beberapa bangunan baru antara lain : perluasan serambi Masjid kearah timur, tutup serambi dibuat bentuk kubah.
Pada awalnya, di sebelah kanan dan kiri masjid ada kolam air yang pembuangannya di salurkan ke arah timur menuju parit yang berada di pinggir jalan besar (sekarang Jln. Panglima Sudirman). Sejak tahun itu air ditimbun dan di atasnya dibuat dua buah bangunan yang berbentuk bulat dan dijadikan kantor Raat Agama dimana RH. Ali Mustoha sebagai kepala kantornya. Perlu dijelaskan, bahwa pada tahun itu jalan masuk ke mesjid Ageng ada tiga, yakni jalan masuk sebelah kiri, tengah, dan kanan.
Selaras dengan perkembangan pemerintahan, terutama sejak pemekaran Daerah Tingkat II, maka sejak tahun 1954 diadakan pemekaran daerah. Semula di Kediri hanya ada satu Daerah Tingkat II yakni Kabupaten Kediri kemudian dipecah menjadi dua daerah hingga berdiri Kota Praja Kediri (sekarang menjadi Pemerintah kota Kediri) dan Mesjid Ageng masuk ke dalam wilayah Kota Praja Kediri.
Pada tahun 1976 Ta’mir Masjid Agung Kota Kediri membangun sebuah menara yang berada dimuka sebelah kanan masjid. Berdasarkan Prasasti peresmian menara saat itu Walikotamadya dijabat oleh Drs. Soedarmanto. Pada tahun 1987 M, Ta’mir Masjid Agung bersama Pemerintah Kotamadya Kediri (Walikotamadya Daerah Tingkat II Kediri saat itu dijabat oleh Drs. Setijono) melakukan pemugaran atau lebih tepat disebut dengan merehap masjid yang ke-3 yakni merehap kubah yang semula Kubah dari bahan kayu direhap bentuknya menjadi bulat dan menggunakan bahan semen cor, merehab tempat wudlu’, jamban dan pintu masuk masjid. Usia Masjid Agung ini menurut catatan yang ada sampai dengan akhir tahun 2001 M atau tahun 1423 H berusia kurang lebih 230 tahun.
MUSEUM ERLANGGA
Museum Airlangga terletak di Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Awalnya, museum ini bernama Museum Tirtoyoso karena berada di areal pemandian Tirtoyoso (Kuwak) Kota Kediri yang berada di Jl. Ahmad yani dan bersebelahan dengan Stadion Brawijaya. Bangunan awal museum pada zaman Belanda ini sangat unik dengan gapuranya yang berhias kalamakara. Seiring berjalannya waktu, kondisi museum benar-benar menyedihkan dan sangat rawan pencurian, hingga pada akhirnya ada tukar guling lahan antara PT. Gudang Garam dengan Pemkot Kediri di dekat Goa Selomangleng.
Nama museum diambil dari nama Raja Airlangga, yang lahir di Bali pada 990 dan diduga meninggal di Belahan 1049, pendiri Kerajaan Kahuripan yang memerintah pada 1009-1042 dan bergelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Adalah Airlangga yang meminta Mpu Kanwa untuk menggubah sebuah karya sastra berjudul Kakawin Arjunawiwaha pada 1030, menyadur Wanaparwa, kitab ketiga Mahabharata karya Vyasa dari India.
Setelah gagal menempatkan salah satu putranya sebagai raja di Bali, sebelum turun tahta dan menjadi pendeta, Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membelah wilayah kerajaannya menjadi dua, yang kemudian menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala, dan diberikan kepada kedua putranya.
ALUN -ALUN KOTA KEDIRI
Seperti kebanyakan kota di jawa pada umumnya yang menganut sistem tata kota kerajaan, maka Kediri yang dulunya bekas kerajaan Doho/Kediri juga mempunyai alun-alun yang letaknya tepat di tengah kota tepatnya di kecamatan Kota. Mugkin alun-alun Kediri sedikit unik daripada alun-alun kota pada umumnya yang berupa tanah lapang yang luas,tapi di KEdiri alun-alunnya lebih mirip sebuah taman yang luasnya juga gak begitu luas. Berada di jalan Panglima Sudirman ,alun-alun Kediri sangat mudah ditemukan, karena berada persis di sebelah simpangan Bis jurusan Tulungagung dan Surabaya. Alun-alun Kediri dulunya berupa tanah gersang berumput dan bercokol patung warna emas ditengahnya yang tak lain adalah patung Mayor Bismo ,pada tahun 90′an dipugar menjadi sebuah taman yang lengkap dengan arena pejalan kaki dan sentra kaki lima yang tersusun rapi disebelah utaranya. Sehingga yang pengen jajan makanan Kediri bisa langsung mampir jajan disana. Harganyapun cukup terjangkau, diantaranya ada bakso, rujak, mie, sate, gado-gado, soto dsb.
Kalo saat siank mungkin alun-alun Kediri terlihat sangat sepi dan panas, namun kalo malam apalagi saat malam minggu adalah saat paling rame dan pasar dadakanpun muncul memenuhi seluruh alun-alun. Tak heran jika alun-alun Kediri dijadikan tempat nongkrong maupun hiburan keluarga utama di kota Kediri dan sekitarnya, mengingat tempatnya yang strategis, rame, asyik dan fasilitasnyapun cukup memadai. Kalo minggu pagi, maka disana jadi tempat jujugan utama para pejoging maupun sekedar refreshing di pagi hari bagi warga Kediri.
GOR JOYOBOYO
GOR baru milik Kota Kediri namanya
GOR Joyoboyo kadang di sebut GOR Jayabaya. GOR ini dibangun karena
stadion brawijaya adalah milik TNI. Lokasi GOR baru ini adalah di Desa
Muning kurang lebih 300m dari perempatan muning ke selatan. GOR Joyoboyo
ini sudah di gunakan untuk beberapa event antara lain Event
pertandingan futsal eks karisidenan Kediri.
TAMAN TIRTOYOSO KEDIRI
Taman Tirtoyoso adalah sebuah tempat rekreasi keluarga yg berada di
jantung kota Kediri. Taman Tirtoyoso berada di jalan A. Yani 1 Kediri
atu lebih mudahnya di sebelah utara Stadion Brawijaya. Taman Tirtoyoso
dahulu lebih terkenal dengan kolam renang Kowak. Fasilitas yang Berada
di Taman Tirtoyoso diantaranya Olimpyc Pool, Kids Poll, Dry Water, Cafe,
Outbound, Kidz Zone, Balon Air, ATV Ring, Bebek Air.
KALI BRANTAS KEDIRI
Kami meninggalkan hotel dengan menumpang sebuah becak dengan tujuan
memotret Kali Brantas, sebuah sungai besar yang membelah Kota Kediri,
Jawa Timur. Kali Brantas merupakan sungai terbesar dan terpanjang di
Pulau Jawa setelah Bengawan Solo, dengan panjang sungai utama mencapai 320 km dan daerah aliran sungai seluas 11.800 km² atau seperempat luas wilayah Jawa Timur.
Hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai di jembatan sungai Brantas dari hotel dimana kami menginap, setelah sebelumnya sempat berhenti beberapa saat untuk memotret sebuah gedung tua bergaya kolonial di Jalan Jaksa Agung Soeprapto.
Sebuah jembatan yang melintang di atas Kali Brantas, berhias deretan lampu dengan tiang berpuncak kuntum bunga dan berornamen klasik. Iklan sebuah merk rokok asli Kediri yang keberadaannya begitu penting bagi ekonomi setempat ikut menghias jembatan sungai Brantas.
Sebuah pulau hijau rimbun di tengah Kali Brantas, sementara di sebelahnya sekelompok orang tengah menambang pasir Kali Brantas; sebuah kegiatan yang dilakukan di banyak tempat di sepanjang aliran Kali Brantas yang tampaknya sampai tahun lalu masih kurang terkontrol dan menimbulkan kerusakan pada tanggul, tebing sungai dan bantaran sungai.
Tiang-tiang jembatan Kali Brantas. Mata air Kali Brantas ini berada di Desa Sumber Brantas, Batu, kemudian mengalir ke daerah Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Mojokerto Kali Brantas terbelah dua manjadi Kali Mas yang mengalir ke arah Surabaya dan Kali Porong yang mengalir ke arah Porong, Sidoarjo.
Sayang sekali tepian Kali Brantas yang seharusnya hijau indah, terlihat kotor dengan ceceran sampah yang terserak dimana-mana.
Pada abad ke 8, di sekitar sungai telah berdiri sebuah kerajaan bernama Kanjuruhan, yang mewariskan Candi Badut dan prasasti Dinoyo bertarikh 760 M, yang memanfaatkan aliran Kali Brantas untuk mengairi daerah persawahan dan perkebunan subur yang menjadi pilar ekonomi kerajaan agraris ini.
Sebuah pohon rindang di tepian Kali Brantas menjadi sangat penting di kota yang relatif panas ini, dan menjadi tempat strategis bagi pedagang kaki lima untuk menjaring pelanggan. Prasasti Harinjing yang ditemukan di Pare, bertarikh 726 Saka atau 804 M dan 849 Saka atau 927 M menyebutkan dibangunnya saluran air dan tanggul yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali Konto, yaitu Kali Harinjing. Kali Konto adalah salah satu anak sungai Kali Brantas.
Menara dan kubah sebuah masjid terlihat di latar belakang sungai yang airnya mengalir tenang. Kali Brantas rupanya sangat penting bagi ekonomi Jawa Timur, karena kabarnya 60% produksi padi Jawa Timur berasal dari areal persawahan di sepanjang daerah aliran Kali Brantas ini.
Sayang sekali karena terjadinya pendangkalan dan debit air yang terus menurun, Kali Brantas tidak bisa dilayari lagi oleh kapal besar. Pendangkalan terjadi karena sungai melingkari Gunung Kelud dan Gunung Semeru di bagian hulunya, sehingga banyak bahan vulkanik yang masuk ke dalam aliran Kali Brantas ini.
Salah satu fungsi kakus Kali Brantas yang masih saja berlaku, yang tampaknya memerlukan pengaturan yang lebih baik. Jika saja Kali Brantas bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata sungai, tentu akan sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi kegiatan ekonomi setempat.
Seorang pria tengah menggembalakan kambingnya di rerumputan di tepian Kali Brantas. Sementara sampan-sampan para penambang pasir tampak berada di kejauhan.
Tepian Kali Brantas yang terlihat telanjang tanpa ada yang melindunginya dari kikisan air. Di sepanjang aliran Kali Brantas dan anak-anak sungainya ini terdapat beberapa bendungan besar, diantaranya adalah Bendungan Bening, Bendungan Lahor, Bendungan Sengguruh, Bendungan Serut, Bendungan Sutami, Bendungan Selorejo, dan Bendungan Wlingi.
TAMAN SEKARTAJI
namanya Taman Sekartaji :D . Ni tempat merupakan taman kedua setelah Alon-alon Kediri lurd. Taman ni emank gak terlalu luas sih, tapi ni taman juga menjadi tempat favorit anak muda hang out lurd, karena di taman ni gak hanya ada kolam buatannya aja atau tanaman-tanaman aja, namun di sini juga terdapat beberapa warung lesehan dengan menu yang bervariasi seperti makanan ringan, jagung bakar dan berbagai minuman. Tempatnya cukup rindang dan asyik lurd kalau siang, namun dari segi pemandangannya gak terlalu bagus sih cause ni taman penataannya kurang tepat dan ada sedikit masalah di bidang kebersihannya.
Meskipun begitu, ni tempat juga cukup rame juga lho, apalagi kalau udah malam n malem minggu ni tempat pasti rame lurd. Selain di tamannya, di pinggir jalan area taman ini juga tak kalah rame lho, cause di setiap pinggir jalannya banyak yang jual jagung bakar n berbagai minuman lho lurd. Dan inilah yang membuat taman ini sangat rame bila waktu malam sudah tiba, yaitu para penjual jagung bakar di pinggir jalan di area taman ini. So, gak salah kalau ni tempat juga jadi tujuan kebanyakan dulur yang suka hang out. Kebanyakan dulur yang hang out di sini selain menghabiskan malamnya dengan pacaran, mereka juga ingin menikmati suasana malam Kota Kediri dengan ditemani se bonggol jagung bakar dan secangkir kopi.
Selain untuk pacaran n makan jagung, di sini juga pas untuk hang out rame-rame ama temen-temen lurd, selain area sekitar taman yang luas, ni tempat juga di hiasi oleh patung pria yang mengenakan seragam PETA (Pembela Tanah Air) berwarna kuning keemasan yang berdiri tegak dan gagah, dengan pistol di pinggang dan dengan tangan kanan mengembang ke samping memegang sebilah keris lekuk tiga yang terhunus miring di depan dada.
Taman Sekartaji ni terletak di Jl. Jaksa Agung Soeprapto, Kediri, Jawa Timur, di depan bekas Rumah Dinas Residen Kediri. Pokoknya ni tepat juga ndak kalah asyik lurd ama tempat lain, apalagi waktu menikmatinya saat malam minggu dengan mas or mbak pacar trus memesan jagung bakar di temani dengan secangkir kopi dan memilih tempat duduknya pas di depan bekas Rumah Dinas Residen Kediri, pasti rasanya enjoy n asyik dah lurd. Gak bakal rugi dah kalau kalian hang out ke sini :D ...
Nahh,, itu tadi sedikit info tentang spot hang out yang berada di TAMAN SEKARTAJI KEDIRI lurd. So, sekarang tinggal pendapat dulur-dulur bagaimana, mau di jadikan salah satu spot Hang Out dulur-dulur kah atau bagaimana kah..
PONDOK PESANTREN LIRBOYO KEDIRI
Pondok Pesantren Lirboyo salah satu yang tertua di Indonesia, dan hingga saat ini menjadi panutan bagi pesantren baru. Bangunan pondok lama yang ada di dalamnya hingga saat ini masih dipertahankan, dan dipercaya menjadi parameter keberhasilan pembangunan pesantren di sejumlah daerah.
Bangunan pondok lama berada di sebelah utara serambi luar Masjid Lawang Songo dan dijadikan sebagai salah satu asrama santri. Ukurannya 8 x 6 meter didalamnya terdapat 6 kamar yang berposisi saling berhadapan. Meski relatif kecil, 6 kamar tersebut saat ini dihuni sekitar 120 santri dan uniknya masih tetap tampak lapang digunakan.
Khoirul Anam, salah seorang pengurus Pondok Pesantren Lirboyo mengungkapkan, hingga saat ini banyak alumni pesantren yang ingin mendirikan pondok, membawa sedikit bekal berupa tanah di bagian bawah pondok lama.
Proses pengambilan tanah dapat dengan mudah dilakukan, karena meski secara umum bangunannya berupa tembok permanen, bagian lantainya dipertahankan berupa kayu.
“Ini bisa dibuka dan dengan mudah tanahnya bisa diambil. Biasanya memang santri mengambil ini kalau pulang, karena hampir semuanya di sini memiliki obsesi mendirikan pondok sendiri,” kata Anam sambil menunjukkan lantai kayu di pondok lama,
Untuk pemanfaatan tanah di dalam pondok lama, Anam mengungkapkan, cukup dicocokkan pada tanah di lokasi pendirian pesantren baru. Tanah yang memiliki tingkat kecocokan paling tepat, disanalah lokasi yang diyakini paling tepat untuk pendirian pesantren baru.
WISATA GUNUNG KLOTOK KEDIRI
Gunung Klotok beradadi kecamatan Mojoroto dipinggir kota namun tidak jauh dari pusat kota.Gunung Klotok merupakan komplek tempat wisata unggulan di kota Kediri.Disana terdapat berbagai macam tempat dan sarana yang bisa dikunjungi.Seperti kolam renang dan wahana bermain keluarga yang sampai saat ini masih dalamtahapfinishing pembangunannya, ada pula GoaSelomanglengmerupakan situs sejarah kerajaan Kediri,selainituterdapatMuseum Airlangga yang didalamnya terdapat berbagai macam koleksi patung-patung peninggalan kerajaan Kediri, ada pula petilasan Mbah Boncolono yang berada di atas bukit Maskumambang. yang bisa ditelusuri dengan tangga untuk menuju puncaknyan dan masih banyak lagi.
Hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai di jembatan sungai Brantas dari hotel dimana kami menginap, setelah sebelumnya sempat berhenti beberapa saat untuk memotret sebuah gedung tua bergaya kolonial di Jalan Jaksa Agung Soeprapto.
Sebuah jembatan yang melintang di atas Kali Brantas, berhias deretan lampu dengan tiang berpuncak kuntum bunga dan berornamen klasik. Iklan sebuah merk rokok asli Kediri yang keberadaannya begitu penting bagi ekonomi setempat ikut menghias jembatan sungai Brantas.
Sebuah pulau hijau rimbun di tengah Kali Brantas, sementara di sebelahnya sekelompok orang tengah menambang pasir Kali Brantas; sebuah kegiatan yang dilakukan di banyak tempat di sepanjang aliran Kali Brantas yang tampaknya sampai tahun lalu masih kurang terkontrol dan menimbulkan kerusakan pada tanggul, tebing sungai dan bantaran sungai.
Tiang-tiang jembatan Kali Brantas. Mata air Kali Brantas ini berada di Desa Sumber Brantas, Batu, kemudian mengalir ke daerah Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Mojokerto Kali Brantas terbelah dua manjadi Kali Mas yang mengalir ke arah Surabaya dan Kali Porong yang mengalir ke arah Porong, Sidoarjo.
Sayang sekali tepian Kali Brantas yang seharusnya hijau indah, terlihat kotor dengan ceceran sampah yang terserak dimana-mana.
Pada abad ke 8, di sekitar sungai telah berdiri sebuah kerajaan bernama Kanjuruhan, yang mewariskan Candi Badut dan prasasti Dinoyo bertarikh 760 M, yang memanfaatkan aliran Kali Brantas untuk mengairi daerah persawahan dan perkebunan subur yang menjadi pilar ekonomi kerajaan agraris ini.
Sebuah pohon rindang di tepian Kali Brantas menjadi sangat penting di kota yang relatif panas ini, dan menjadi tempat strategis bagi pedagang kaki lima untuk menjaring pelanggan. Prasasti Harinjing yang ditemukan di Pare, bertarikh 726 Saka atau 804 M dan 849 Saka atau 927 M menyebutkan dibangunnya saluran air dan tanggul yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali Konto, yaitu Kali Harinjing. Kali Konto adalah salah satu anak sungai Kali Brantas.
Menara dan kubah sebuah masjid terlihat di latar belakang sungai yang airnya mengalir tenang. Kali Brantas rupanya sangat penting bagi ekonomi Jawa Timur, karena kabarnya 60% produksi padi Jawa Timur berasal dari areal persawahan di sepanjang daerah aliran Kali Brantas ini.
Sayang sekali karena terjadinya pendangkalan dan debit air yang terus menurun, Kali Brantas tidak bisa dilayari lagi oleh kapal besar. Pendangkalan terjadi karena sungai melingkari Gunung Kelud dan Gunung Semeru di bagian hulunya, sehingga banyak bahan vulkanik yang masuk ke dalam aliran Kali Brantas ini.
Salah satu fungsi kakus Kali Brantas yang masih saja berlaku, yang tampaknya memerlukan pengaturan yang lebih baik. Jika saja Kali Brantas bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata sungai, tentu akan sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi kegiatan ekonomi setempat.
Seorang pria tengah menggembalakan kambingnya di rerumputan di tepian Kali Brantas. Sementara sampan-sampan para penambang pasir tampak berada di kejauhan.
Tepian Kali Brantas yang terlihat telanjang tanpa ada yang melindunginya dari kikisan air. Di sepanjang aliran Kali Brantas dan anak-anak sungainya ini terdapat beberapa bendungan besar, diantaranya adalah Bendungan Bening, Bendungan Lahor, Bendungan Sengguruh, Bendungan Serut, Bendungan Sutami, Bendungan Selorejo, dan Bendungan Wlingi.
TAMAN SEKARTAJI
namanya Taman Sekartaji :D . Ni tempat merupakan taman kedua setelah Alon-alon Kediri lurd. Taman ni emank gak terlalu luas sih, tapi ni taman juga menjadi tempat favorit anak muda hang out lurd, karena di taman ni gak hanya ada kolam buatannya aja atau tanaman-tanaman aja, namun di sini juga terdapat beberapa warung lesehan dengan menu yang bervariasi seperti makanan ringan, jagung bakar dan berbagai minuman. Tempatnya cukup rindang dan asyik lurd kalau siang, namun dari segi pemandangannya gak terlalu bagus sih cause ni taman penataannya kurang tepat dan ada sedikit masalah di bidang kebersihannya.
Meskipun begitu, ni tempat juga cukup rame juga lho, apalagi kalau udah malam n malem minggu ni tempat pasti rame lurd. Selain di tamannya, di pinggir jalan area taman ini juga tak kalah rame lho, cause di setiap pinggir jalannya banyak yang jual jagung bakar n berbagai minuman lho lurd. Dan inilah yang membuat taman ini sangat rame bila waktu malam sudah tiba, yaitu para penjual jagung bakar di pinggir jalan di area taman ini. So, gak salah kalau ni tempat juga jadi tujuan kebanyakan dulur yang suka hang out. Kebanyakan dulur yang hang out di sini selain menghabiskan malamnya dengan pacaran, mereka juga ingin menikmati suasana malam Kota Kediri dengan ditemani se bonggol jagung bakar dan secangkir kopi.
Selain untuk pacaran n makan jagung, di sini juga pas untuk hang out rame-rame ama temen-temen lurd, selain area sekitar taman yang luas, ni tempat juga di hiasi oleh patung pria yang mengenakan seragam PETA (Pembela Tanah Air) berwarna kuning keemasan yang berdiri tegak dan gagah, dengan pistol di pinggang dan dengan tangan kanan mengembang ke samping memegang sebilah keris lekuk tiga yang terhunus miring di depan dada.
Taman Sekartaji ni terletak di Jl. Jaksa Agung Soeprapto, Kediri, Jawa Timur, di depan bekas Rumah Dinas Residen Kediri. Pokoknya ni tepat juga ndak kalah asyik lurd ama tempat lain, apalagi waktu menikmatinya saat malam minggu dengan mas or mbak pacar trus memesan jagung bakar di temani dengan secangkir kopi dan memilih tempat duduknya pas di depan bekas Rumah Dinas Residen Kediri, pasti rasanya enjoy n asyik dah lurd. Gak bakal rugi dah kalau kalian hang out ke sini :D ...
Nahh,, itu tadi sedikit info tentang spot hang out yang berada di TAMAN SEKARTAJI KEDIRI lurd. So, sekarang tinggal pendapat dulur-dulur bagaimana, mau di jadikan salah satu spot Hang Out dulur-dulur kah atau bagaimana kah..
PONDOK PESANTREN LIRBOYO KEDIRI
Pondok Pesantren Lirboyo salah satu yang tertua di Indonesia, dan hingga saat ini menjadi panutan bagi pesantren baru. Bangunan pondok lama yang ada di dalamnya hingga saat ini masih dipertahankan, dan dipercaya menjadi parameter keberhasilan pembangunan pesantren di sejumlah daerah.
Bangunan pondok lama berada di sebelah utara serambi luar Masjid Lawang Songo dan dijadikan sebagai salah satu asrama santri. Ukurannya 8 x 6 meter didalamnya terdapat 6 kamar yang berposisi saling berhadapan. Meski relatif kecil, 6 kamar tersebut saat ini dihuni sekitar 120 santri dan uniknya masih tetap tampak lapang digunakan.
Khoirul Anam, salah seorang pengurus Pondok Pesantren Lirboyo mengungkapkan, hingga saat ini banyak alumni pesantren yang ingin mendirikan pondok, membawa sedikit bekal berupa tanah di bagian bawah pondok lama.
Proses pengambilan tanah dapat dengan mudah dilakukan, karena meski secara umum bangunannya berupa tembok permanen, bagian lantainya dipertahankan berupa kayu.
“Ini bisa dibuka dan dengan mudah tanahnya bisa diambil. Biasanya memang santri mengambil ini kalau pulang, karena hampir semuanya di sini memiliki obsesi mendirikan pondok sendiri,” kata Anam sambil menunjukkan lantai kayu di pondok lama,
Untuk pemanfaatan tanah di dalam pondok lama, Anam mengungkapkan, cukup dicocokkan pada tanah di lokasi pendirian pesantren baru. Tanah yang memiliki tingkat kecocokan paling tepat, disanalah lokasi yang diyakini paling tepat untuk pendirian pesantren baru.
WISATA GUNUNG KLOTOK KEDIRI
Gunung Klotok beradadi kecamatan Mojoroto dipinggir kota namun tidak jauh dari pusat kota.Gunung Klotok merupakan komplek tempat wisata unggulan di kota Kediri.Disana terdapat berbagai macam tempat dan sarana yang bisa dikunjungi.Seperti kolam renang dan wahana bermain keluarga yang sampai saat ini masih dalamtahapfinishing pembangunannya, ada pula GoaSelomanglengmerupakan situs sejarah kerajaan Kediri,selainituterdapatMuseum Airlangga yang didalamnya terdapat berbagai macam koleksi patung-patung peninggalan kerajaan Kediri, ada pula petilasan Mbah Boncolono yang berada di atas bukit Maskumambang. yang bisa ditelusuri dengan tangga untuk menuju puncaknyan dan masih banyak lagi.
Pada musim liburan, pengunjung tempat wisata ini membludak dibandingkan hari-hari biasa.
Banyaknya fasilitas yang disuguhkan menjadikan wisata Gunung Klotok banyak peminatnya
Wisata gunung klotok merupakan salah
satu tempat wisata yang di gemari olehberbagai kalangan baikkeluarga maupun kalangan
muda-mudi yang sekedar
ingin melepaskan lelah atau Refresing
sejenak. Wisata ini sangat digemari oleh pengunjung kerena banyak fasilitas yang dapat di nikmati khusunya untuk
anak-anak, dengan
harga tiket yang masuk ekonomis.
Selain harga tiket masuk yang terjakau,
dalam wisata ini juga menghadirkanhiburan yang diadakan setiap hari minggu
atapun hari libur nasional,
seperti,
Jarana, Orkes, dll.“Saya senang
sekali bisa liburan disini, karena harga tiket sangat murah, apalagi saya
mempunyai 3 orang anak” kata ibu Witarsih( 42
tahun) pengunjungasal
Pesantren Kota Kediri
DERMAGA JAYABAYA
Dermaga Jayabaya merupakan salah satu dermaga yang ada di sungai brantas, yang dimiliki oleh pemerintah Kota Kediri yang terletak di sebelah utara jembatan lama tepatnya di desa Mojoroto Kota Kediri. Merupakan aset negara yang selama ini hanya sebagai pajangan dan tempat memadu kasih bagi kaum muda mudi di Kota Kediri. Saya sebagai warga Kota Kediri merasa prihatin melihat keberadaan Dermaga Jayabaya yang tidak terawat dan hanya merupakan pajangan saja.
Dilihat dari tata letak Dermaga Jayabaya sebenarnya sangatlah penting dan pembangunannya membutuhkan banyak biaya, merupakan dermaga satu-satunya di Kota Kediri yang berdiri megah dan sangat mudah untuk dijangkau bagi pengunjung yang ingin melihat dan bertamasya di Dermaga Jayabaya.Sekarang ini Dermaga Jayabaya jarang dibuka untuk umum dan dilihat dari fungsinya sudah jarang dipakai lagi. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja atau even-even penting saja Dermaga Jayabaya dipakai/dibuka untuk umum. Saya sebagai warga Kota Kediri merasa ikut memiliki dermaga tersebut merasa tersentuh dengan keadaan Dermaga Jayabaya yang sekarang ini sangat memprihatinkan. Saya menghimbau kepada pihak-pihak yang terkait untuk menghidupkan kembali dan ikut memelihara dengan keberadaan dari Dermaga Jayabaya. Semoga dengan himbauan saya ini keberadaan Dermaga Jayabaya bisa hidup kembali fungsinya baik sebagai dermaga atau tempat wisata sungai yang ada di Kota Kediri.
DERMAGA JAYABAYA
Dermaga Jayabaya merupakan salah satu dermaga yang ada di sungai brantas, yang dimiliki oleh pemerintah Kota Kediri yang terletak di sebelah utara jembatan lama tepatnya di desa Mojoroto Kota Kediri. Merupakan aset negara yang selama ini hanya sebagai pajangan dan tempat memadu kasih bagi kaum muda mudi di Kota Kediri. Saya sebagai warga Kota Kediri merasa prihatin melihat keberadaan Dermaga Jayabaya yang tidak terawat dan hanya merupakan pajangan saja.
Dilihat dari tata letak Dermaga Jayabaya sebenarnya sangatlah penting dan pembangunannya membutuhkan banyak biaya, merupakan dermaga satu-satunya di Kota Kediri yang berdiri megah dan sangat mudah untuk dijangkau bagi pengunjung yang ingin melihat dan bertamasya di Dermaga Jayabaya.Sekarang ini Dermaga Jayabaya jarang dibuka untuk umum dan dilihat dari fungsinya sudah jarang dipakai lagi. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja atau even-even penting saja Dermaga Jayabaya dipakai/dibuka untuk umum. Saya sebagai warga Kota Kediri merasa ikut memiliki dermaga tersebut merasa tersentuh dengan keadaan Dermaga Jayabaya yang sekarang ini sangat memprihatinkan. Saya menghimbau kepada pihak-pihak yang terkait untuk menghidupkan kembali dan ikut memelihara dengan keberadaan dari Dermaga Jayabaya. Semoga dengan himbauan saya ini keberadaan Dermaga Jayabaya bisa hidup kembali fungsinya baik sebagai dermaga atau tempat wisata sungai yang ada di Kota Kediri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar